Denpasar (Metrobali.com)-

Sebanyak 36 orang mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar unjuk karya akhir di gedung Kriya Hasta Mandala, 17-20 Januari mendatang. Beragam visual dan sentuhan teknologi canggih ini dari karya akhir mahasiswa ini merupakan wujud implementasi dari perpaduan antara teori dan konsep ide majinatif ke dalam bentuk karya seni budaya bernilai edukatif kekinian. Selain itu, karya akhir ini juga sebagai pembuktian para mahasiswa dalam mengukur tingkat kecakapannya dalam menangkap fenomena sosial di tengah masyarakat sekaligus untuk menguatkan program ekonomi budaya kreatif yang bernilai komersil.

Rektor ISI Denpasar, Prof. DR. I Wayan Rai S, MA menegaskan bahwa unjuk karya akhir ini bukan sekadar untuk mendapatkan nilai akademis, melainkan juga sebagai bentuk kepedulian dan tanggungjawab sosial dalam mengenal lebih dekat persoalan kehidupan dengan sentuhan aktivitas kreatif seni budaya. “Sebagai solusi alternatif yang dapat memberi dampak sosial ekonomi dan perilaku moralitas yang menyejahterakan,” katanya.

Menurutnya, unjuk karya akhir ini hendaknya dapat di maknai sebagai ruang kreatif dari imaji, kontemplasi, ilusi, intuisi, harapan, diskusi dan respon balik apresiatif bagi publik dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan seni ke depannya. “Demi menyukseskan pendidikan berkarakter,” imbuhnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dekan FSRD ISI Denpasar, Dra. Ni Made Rinu, MSi, yang menyatakan unjuk karya akhir ini sebagai media evaluasi dan wacana kreatif di bidang akademik yang mengarahkan mahasiswa untuk tampil menjadi wirausaha muda yang mandiri dan berdaya saing global. Ini tentunya sesuai dengan fungsi perguruan tinggi seni dalam mencetak praktisi dan pengkaji seni yang cakap intelektual dan terampil secara profesional dan berkepribadian.

Diharapkan, unjuk karya akhir ini mampu membawa kiprah dan kontribusi dalam membangun dialog aspiratif serta mampu meningkatkan kesadaran budaya bagi para seniman, pencinta seni, desainer, pengamat seni dan masyarakat pada umumnya. “Sehingga dapat menawarkan solusi alternatif bagi kehidupan ekonomi masyarakat yang menyejahterakan,” harapnya.

Menyimak karya akhir dari mahasiswa itu cenderung mengeksplorasi fenomenologi karut marutnya tata ruang dan kehidupan ekonomi masyarakat Bali kekinian yang seolah telah kehilangan jati dirinya, karena terlalu terlena dengan gaya hidup hedonis yang di tawarkan oleh kaum kapitalisme. Hal ini seperti terekamn dalam visual berjudul Polusi dan Limbah II karya Ida Bagus Made Manuaba, serta karya I Nyoman Tri Suastita berjudul Lahirnya Kekeringan, dan lainnya. HS-MB