wayang-kulit

Delft, Belanda (Metrobali.com)-

Mahasiswa Indonesia di Strasbourg, Perancis, mengkreasikan wayang tradisional yang dipadukan dengan gaya kontemporer agar warisan budaya Indonesia tersebut semakin menarik dan dapat mengikuti perkembangan teknologi.

“Wayang dari Indonesia sangat unik dibandingkan yang berasal dari negara-negara lain seperti Thailand,” kata Ismarini Indah Setyoningrum di Delft, Rabu (17/9).

Namun demikian, menurut dia ketertarikan generasi muda Indonesia terhadap wayang tidak sebegitu besar dibandingkan dengan produk hiburan lain seperti ‘video game’ dan film-film produksi luar negeri yang ditayangkan di bioskop.

“Saya khawatir wayang akan punah jika tidak ada yang melestarikannya,” kata Ismarini, seraya menambahkan bahwa kreasi wayang tradisional dengan gaya kontemporer sengaja dia jadikan sebagai topik penelitian tesis di Universitas Strasbourg untuk mengenalkan wayang tradisional kepada masyarakat internasional.

Dia menjelaskan, keunikan wayang Indonesia bukan hanya terletak pada bentuk dan karakter, tapi juga teknik pembuatan yang membutuhkan keahlian seni khusus.

Wayang Indonesia dibuat dengan teknik tatah. Dengan teknik ini bentuk karakter wayang yang dibuat dari bahan seperti kulit kerbau dihasilkan dari hasil tatahan.

Lubang-lubang hasil tatahan tersebutlah yang ketika disinari akan memunculkan motif karakter sehingga wayang Indonesia ini terkesan detail, jelas Ismarini.

“Saya ingin melestarikan teknik pembuatan wayang ini,” ujarnya.

Dalam penelitiannya mengenai wayang yang disajikan dalam media kontemporer, Ismarini memadukannya dengan berbagai teknologi masa kini seperti animasi video, pencahayaan serta gaya geometris minimalis bernama “the style” yang dicetuskan seniman asal Belanda, Theo van Doesburg .

Menurut dia, dengan memadukan wayang tradisional dengan teknologi dan gaya kontemporer, wayang bisa lebih popular dan diterima kalangan anak muda.

“Wayang tokoh Ramayana yang saya buat dengan gaya ‘the style’ sudah dipamerkan di pusat Kota Strasbourg, dan banyak masyarakat setempat yang mengapresiasinya, kata Ismarini.

Selain menambahkan sentuhan teknologi dan gaya seni moderen, mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan dari Dikti, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ini juga mengarang cerita dengan tema-tema kontemporer.

“Cerita wayang tradisional biasanya diambil dari kisah Ramayana dan Mahabharata. Tapi dalam salah satu karya saya, karakter wayang yang saya tampilkan mengikuti tokoh-tokoh di Strasbourg dengan cerita yang saya bawakan dengan Bahasa Perancis,” kata Ismarini.

Dia menambahkan agar wayang dapat diterima lebih luas baik oleh masyarakat Indonesia maupun internasional, perlu penelitian lebih lanjut berkaitan cara penyajian wayang dan cerita yang disampaikan.

“Penelitian ini berkaitan dengan teknik pembuatan, bahan yang digunakan untuk membuat wayang, dan metode penyampaian baik cerita, tokoh atau karakter serta bahasa,” tambahnya. AN-MB