made taro (1)

DENPASAR  (Metrobali.com)-

Pendongeng Bali, Made Taro kembali meluncurkan buku terbarunya berjudul Dari Goak Maling Taluh Sampai Goak Maling Pitik. Buku ini merupakan bagian pertama dari lima seri Permainan Tradisional Bali yang telah disiapkan sejak puluhan tahun untuk mewujudkan permintaan para guru Paud/TK, dan SD, pembina pasraman, LSM, pejabat pemerintah dan anggota masyarakat peduli pelestarian budaya Bali.

Kepada koran ini, Made Taro mengatakan bahwa buku ini rencananya terdiri atas Dari Goak Maling Taluh Sampai Goak Maling Pitik. Kemudian, menyusul Dari Tok Pitu Sampai Tok Lait Kancing, Dari Ngejuk Capung Sampai Ngejuk Lindung, Dari Jangkrik-jangkrikan Sampai Jaran-jaranan, serta Dari Maling-maling Sampai Jaksa-jaksaan.

Menurutnya, setiap seri buku ini berisikan sepuluh jenis plalian (permainan) tradisional. Pemilihan plalian ini berdasarkan pertimbangan sudah melalui proses uji coba berkali-kali melalui Sanggar Kukuruyuk sejak tahun 1979 silam, serta Pasraman, Pementasan, Festival, Kurikulum Muatan Lokal, dan lannya seperti proses penggalian, rekonstruksi, eksperimentasi, revitalisasi, aktualisasi dan sosialisasi. “Sehingga, plalian ini dapat mencapai bentuk standar sesuai dengan karakter permainan tersebut,” katanya.

Lebih jauh, pendongeng kelahiran Sengkidi, Karangasem, tahun 1939 ini, menegaskan bahwa walaupun permainan ini sudah diuji-cobakan berkali-kali, namun masih tetap dapat dievaluasi dan dikembangkan dalam bentuk variasi sesuai dengan desa kala patra. Tentunya, tanpa mengabaikan sifat atau karakter permainan tradisional tersebut.

Diketahui untuk buku seri perdana terbitan Amada Press dan dilengkapi ilustrasi sampul Bogbog Bali Cartoon Magazine ini mengulas sepuluh plalian tradisional seperti Goak Maling Taluh, Sut Tultaltil, Sut Dempul, Meong-meongan, Ngengkebang Batu, Poh-pohan, Magandong Sambuk, Sepit-sepitan, Ngaten-ngantenan, dan Goak Maling Pitik.

Menariknya, uraian dan penyusunan plalian tradisional dalam 43 halaman ini dilakukan dengan cara yang mudah dimengerti. Terlebih lagi, dilengkapi dengan lagu rakayat sebagai iringan dalam setiap plalian ini, sehingga dapat diikuti bukan saja oleh para guru dan pembina, melainkan juga dapat dipahami oleh anak-anak yang melakukannya.

Buku ini nantinya diharapkan dapat memberikan nilai manfaat bagi pengembangan kepribadian anak-anak dalam mencetak karakter bangsa guna menghadapi arus globalisasi kekinian. Sehingga, plalian tradisional tetap mampu bersaing di tengah perkembangan permainan global serba teknologi canggih. Demi pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kearifan lokal khususnya plalian tradisional Bali.

Sekadar mengingatkan bahwa sastrawan Bali, peraih hadiah Sastra Rancage tahun 2005 ini telah merilis sedikitnya 37 buku dan sempat meraih sekitar 12 penghargaan dari pemerintah maupun non pemerintah sebagai pendidik, pelestari kebudayaan, penulis buku, storyteller, pembina sastra daerah, pencipta lagu, dan permainan anak-anak, serta meraih penghargaan Anugerah Kebudayaan dari presiden RI tahun 2009.WB-MB