Foto: Tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., yang juga caleg DPRD Klungkung dapil Nusa Penida nomor urut 1 dari PDI Perjuangan (paling kanan).

Klungkung (Metrobali.com)-

Potensi pariwisata minat khusus di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung sangat besar diantaranya sport tourism (pariwisata olahraga) hingga spiritual tourism (pariwisata spiritual) atau wisata religi. Segudang potensi pariwisata spiritual pun disimpan pulau yang disebut-sebut sebagai “telur emas” Bali ini.

“Kami dorong melalui pemerintah daerah agar potensi wisata religi atau wisata spiritual di Nusa Penida bisa terus ditingkatkan sebagai alternatif wisata lainnya. Bahkan jadi ikon pariwisata spiritual Indonesia,” kata tokoh masyarakat Nusa Penida I Made Satria S.H., yang juga caleg DPRD Klungkung dapil Nusa Penida nomor urut 1 dari PDI Perjuangan, Jumat (22/3/2019).

Dikatakannya,Nusa Penida memilki banyak objek wisata spiritual yang bisa dijadikan andalan kunjungan wisata spiritual serta diminati oleh banyak pengunjung dari Bali daratan, bahkan umat Hindu dari Lombok dan Pulau Jawa pun ada yang berkunjung ke Nusa Penida.

Salah satu yang terkenal di Nusa Penida, tepatnya di Desa Ped, berdiri sebuah kompleks Pura Kahyangan Jagat, yang nilai spritualnya bahkan sampai diakui oleh kalangan Hindu di Bali maupun luar Bali. Pura Dalem Ped, begitu masyarakat menyebutnya.

Adapula Goa Giri Putri Nusa Penida yang juga jadi destinasi wisata spiritual di nusa penida. Goa Giri Putri terletak di Desa Suana, Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Menuju Goa Giri Putri dapat ditempuh selama 20 menit dari pelabuhan Sampalan Nusa Penida. Untuk mencapai Goa Giri Putri, pengunjung harus melalui 110 anak tangga dan saat sampai di atas sana akan terlihat pemandangan laut lepas yang indah, sungguh mempesona .

Menurut Made Satria, umat Hindu di Bali konsisten menjaga keseimbangan tatanan kehidupan masyarakat Bali sesuai filosofi Tri Hita Karana.  Dimana ada keseimbangan dan harmonisasi hubungan antara manusia dengan sesama (Pawongan), manusia dengan alam (Palemahan) dan manusia dengan Tuhan (Parahyangan).

“Konsep inilah yang selalu membuat wisatawan tertarik untuk terus mengunjungi wisata-wisata yang ada di Bali disamping umat Hindu yang ingin melakukan tirta yatra di Nusa Penida,” ujar pria kelahiran Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Nusa Penida, 18 April 1972 silam itu.

Pengembangan Pariwisata Terkendala Infrastruktur

Hingga saat ini, keberadaan tempat suci di Nusa Penida menjadi  salah satu objek wisata spiritual yang paling digandrungi. Namun dari sisi lain Satria juga merasa prihatin sebab infrastruktur pendukung yang ada di Nusa Penida belum maksimal terbangun.

“Saya masih meyakini, meskipun ada efek kunjungan dan pembangun namun kekeramatannya tempat suci disana tidak akan terkikis,” tegas kakak ipar dari Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati caleg DPRD Provinsi Bali dari PDI Perjuangan dapil Klungkung nomor urut 3 itu.

“Namun kedepannya pemerintah juga mesti serius membangun infrastruktur  sebagai bagian pembangunan pariwisata Nusa Penida secara berkelanjutan,” imbuh Made Satria yang bersama adiknya Ketut Leo sudah lama membantu pembangunan pura di sejumlah wilayah di Nusa Penida.

Made Satria juga menambahkan, selain itu ada lagi Pura lain yg memiliki kesakralan yang juga digandrungi oleh para wisatawan relegi. Diantaranya Pura Batu Medau di Dusun Semaya, Desa Suana; Pura Tunjuk Pusuh di Dusun Tanglad , Desa Tanglad; Pura Puncak Mundi di Desa Klumpu.

Lalu ada juga Pura Dalem Dukut di Br. Sukun , Desa Batukandik; Pura Paluang di Desa Bunga Mekar, Pura Penida di Desa Sakti; Pura Luhur Pusering Jagat Sahab di Desa Batumadeg; Pura Sekar Kuning di Desa Batukandik. (wid)

Editor : Whraspati Radha