mesatua bali pkb 2014

Denpasar (Metrobali.com)-

Pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di UPT Taman Budaya (arts centre) Bali, Denpasar, Jumat (4/7) terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Pasalnya, puluhan peserta, duta seni budaya setiap kabupaten/kota sedang terlihat berjibaku mempertontonkan kemampuan dirinya dalam lomba nyastra.  Di antaranya lomba Macecimpedan di Kalangan Ayodya, Mesatua Bali di Kalangan Angsoka, Mebladbadan di  Kalangan Ratna Kanda, Nyurat aksara Bali di Wantilan serta Pidarta Bahasa Bali di gedung Ksirarnawa.

Seperti biasanya, lomba mececimpedan senantiasa menjadi tontonan favorit dalam setiap pelaksanaan PKB selama ini. Pasalnya, para peserta saling menguji kemampuan untuk menjawab pertanyaan berupa cecimpedan atau teka-teki dalam bahasa Bali. Menariknya, setiap pertanyaan peserta acapkali mendapatkan jawaban yang terkadang terdengar lucu dan kocak, tapi sarat makna edukasi.

Menariknya, saling lempar pertanyaan dan saling memberikan jawaban di antara peserta ini semakin heboh ketika pertanyaan peserta dapat dijawab, begitu juga sebaliknya ketika peserta lain tidak mampu menjawab pertanyaan dalam bentuk teka-teki tersebut. Bahkan, tak jarang di antara peserta saling mengejek ketika lawanya tidak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Tak pelak suasana pun tampak riuh aplaus tepuk tangan dan ketawa .

“Apake anak cerik mejujuk disisin pangkunge, tegeh tur beling di baong?,” ujar salah satu peserta. Pihak lawanpun , mencoba menjawabnya tapi beberapa kali menebak jawaban selalu salah. Tak pelak, peserta pemberi pertanyaan pun saling menyindir dengan berbahasa Bali. “Enggalin nake bedik, enggalan endag suryane. Mekelo tusing ngidang nyawab,” ejek salah satu peserta.

Uniknya, terlihat para penonton pun sepertinya mencoba ikut menerka jawaban dari pertanyaan peserta cecimpeden itu sembari berbisik-bisik dengan rekan di sebelah tempat duduknya. Ketegangan dan riuh ketawa seakan menyatu memberi nuasa tersendiri dalam menggugah semangat sportivitas para peserta lomba cecimpedan yang rata-rata dari kalangan pelajar SD tersebut. Bahkan para tim juri pun seringkali harus berpikir dan memberikan sanggahan pemahaman serta penegasan terhadap pertanyaan cecimpedan yang sulit dan bisa ditafsir dengan berbagai jawaban. Dan biasanya yang memberi pertanyaan tidak dapat nilai dan justru menguntungkan pihak lawannya.

mesatua bali pkb 2014-edit

Salah satu peserta, I Gusti Ayu Dwi Pradita siswa kelas 5 SDN 1 Petang mengatakan bahwa sindiran tersebut merupakan sebuah strategi supaya lawan kehilangan konsentrasi untuk menjawab teka-teki. “Makanya saat disindir itu, harus berusaha fokus pada pertanyaan. kalau tidak buyar pikirannya, apalagi ditonton banyak orang jadinya grogi,” katanya, sembari tersenyum.

Siswa yang akrab disapa Gek Dwi ini mengakui telah berlatih hampir selama tiga bulan bersama pasangan duetnya Ni Nyoman Andari. “Ada 23 cecimpedan dan 4 materi pupuh pucung yang diajarkan sama guru pembina. Tapi di panggung tadi sekitar 10 yang dikeluarkan itupun tidak bawa teks,” ujarnya

Sementara itu, guru pembinanya, I Dewa Ketut Jasa dan Dewa Ayu Rai Parwati menegaskan bahwa beberapa cecimpedan yang ditampilkan oleh anak didiknya sebagian memang cecimpedan yang lumrah di dengar masyarakat, dan sebagian lagi merupakan karangan sendiri. “Meskipun karangan sendiri, bahasa dan makna yang ingin disampaikan tentunya tetap sesuai pakem sebuah cecimpedan,” tegasnya. WB-MB