img_20161230_135714Denpasar (Metrobali.com)-

Perayaan Tahun Baru 2017 yang diprediksi akan meraup keuntungan bagi pengusaha hotel di Bali ternyata di luar prediksi. Meski tingkat kunjungan wisatawan ke Bali meningkat hingga 22 persen, namun disisi lain okupansi hotel atau tingkat hunian hotel justru menurun hingga 8 persen.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati, menjelaskan saat ini kondisi pariwisata di Bali justru tengah menghadapi kelesuan. Itulah sebabnya, meski Bali kerap menjadi tujuan bagi wisatawan lokal atau domestik untuk berlibur namun lama rata-rata orang menginap atau leng of stay, di Bali kini semakin singkat.

“Leng of stay itu menurun drastis dibandingkan tahun 2015. Sekarang Natal kita dapat 65 persen, tahun lalu 78 persen sementara tahun baru dulu target terpenuhi hingga 90, sekarang ternyata hanya 85 persen,” ujarnya di Denpasar, Minggu (01/01/2017).

Dijelaskan, lama wisatawan lokal menginap hanya 3 hari saja yakni hingga tanggal 3 Januari 2017. Rata-rata tujuan wisatawan menginap saat tahun baru di kawasan Nusa Dua dan Kuta, Badung. Sementara destinasi lainnya tidak dilirik oleh para wisatawan lokal.

“Ubud sepi hanya sekitar 20 persen hingga 30 persen. Dan walaupun tingkat kunjungan dari 2015 ke 2016 meningkat 22 persen, tapi okupansi turun 8 persen, karena anomali disatu sisi meningkat tapi okupansi menurun itu variablenya mungkin ada penambahan hotel baru, paling 400 sampai 1000 yang baru dibuka tahun ini, tapi yang fatal itu leng of stay jadi 3 hari,” papar mantan Bupati Gianyar yang akrab disapa Cok Ace ini.

Lebih jauh Cok Ace menjelaskan, kenapa kini lama orang menginap di Bali semakin singkat, menurutnya karena kini destinasi di Bali sudah dianggap tidak menarik. Dalam artian tidak menarik dari cara menuju ke destinasinya.

“Bayangkan saja ke Ubud sekarang dari Bandara saja bisa dua jam, infrastruktur macet, kemudian kualitas destinasi, baru promosi kurang. Kita dihantam oleh pesaing wisata dalam negeri sendiri seperti Raja Ampat, Labuan Bajo itu luar biasa. Tetangga Gili, itu aja 2500 setiap hari itu yang Bali turun drastis, belum lagi wisatawan lokal di Banyuwangi tertahan 4 persen, mereka promosinya bagus, Malang juga bagus dalam hal promosi pariwisata, makanya kita jangan terlena di Bali,” ungkapnya.

Menurutnya, jika pariwisata Bali tidak ingin ditinggalkan orang, maka Bali minimal harus memiliki konsep atau grand design yang bagus.

“Konsisten pada konsep, kita punya dagangan alam dan budaya itu yang harus kita garap. Kita jangan terjebak dengan keinginan pasar. Yang berbasis uang dan teknologi kita tidak mungkin menang dengan industri kapitalis. Lihat Hongkong, Singapura, Malaysia yang tetangga, jelas kita kalah kalau kita mengikuti keinginan pasar,” tandasnya.SIA-MB