sutiyoso

Jakarta (Metrobali.com)-

Anggota Komisi I DPR Sukamta berharap calon kepala Badan Intelijen Negara Letjen TNI (Purn) Sutiyoso mampu menjawab tantangan zaman yang dihadapi institusi intelijen, seperti perubahan potensi ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Otomatis hal-hal yang dapat dijadikan sebagai ancaman negara juga berubah. Kepala BIN yang baru nanti kita harapkan mampu menjawab tantangan zaman ini,” kata Sukamta di Jakarta, Kamis (11/6).

Dia menjelaskan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini telah dan akan terus berubah dinamis.

Teknologi, menurut dia, merupakan faktor penting dari perubahan itu, misalnya perang saat ini sudah banyak berubah, tidak melulu secara militer, namun juga perang non militer.

“Perang non militer targetnya bukan lagi fisik tapi ketahanan suatu negara dalam aspek lain meliputi ekonomi, politik, budaya, pangan,” ujarnya.

Sukamta menjelaskan menurut Undang-Undang No 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara, definisi intelijen adalah pengetahuan, organisasi dan kegiatan yang terkait dengan perumusan kebijakan, strategi nasional dan pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi dan fakta.

Dia mengatakan informasi dan fakta itu terkumpul melalui metode kerja untuk pendeteksian dan peringatan dini dalam rangka pencegahan, penangkalan dan penanggulangan setiap ancaman terhadap keamanan nasional (kamnas).

“Artinya, kepala BIN haruslah sosok yang memiliki inteligentia yang cukup tinggi karena inti dari intelijen adalah kecerdasan untuk mencari dan mengolah informasi sebagai masukan dan pengambilan kebijakan Presiden,” katanya.

Lebih utama, menurut dia, sasaran bidang intelijen adalah ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dan hukum.

Dia juga menilai tugas kepala BIN ke depan bertambah berat karena harus melaksanakan fungsi koordinasi intelijen negara (KIN) yang meliputi intelijen TNI, Polri, Kejaksaan dan kementerian-lembaga pemerintah dan non kementerian.

“Tantangan Indonesia lima tahun ke depan yang meliputi bidang hankam, politik, ekonomi dan sosial cukup menantang. Di bidang hankam seperti potensi konflik Laut Tiongkok Selatan, potensi kejahatan trans nasional, potensi ancaman terorisme, tantangan perang cyber,” ujarnya.

Sementara itu tantangan di bidang politik, menurut Sukamta, sangat dinamis karena adanya konsolidasi demokrasi untuk terus mencari bentuk pemerintahan yang ideal.

Selain itu ujar politisi PKS ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diharapkan pada tahun 2015 mencapai 7 persen dengan GDP per kapita 6.950 dolar AS dan angka kemiskinan 4-5 persen.

“Di bidang sosial adanya bonus demografi harus dikelola dengan baik, jika tidak akan menimbulkan konflik sosial,” katanya.

Dia menegaskan dengan berbagai tantangan tersebut, sebenarnya Indonesia membutuhkan sosok yang segar dan diharapkan Sutiyoso dapat memenuhi kebutuhan zaman tersebut.

Sukamta akan melihat kemampuan Sutiyoso dalam uji kelayakan dan kepatutan di DPR, meskipun DPR hanya dapat memberikan pertimbangan kepada Presiden Jokowi seperti diatur di Undang-undang Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara, bukan memberikan persetujuan. AN-MB