Beirut (Metrobali.com) –

Pasukan keamanan Lebanon menahan seorang militan Sunni yang dituduh merekrut penyerang bunuh diri dan merakit bom-bom mobil untuk sebuah kelompok garis keras yang mendalangi serangan-serangan terhadap kepentingan Iran di Beirut, kata beberapa sumber keamanan, Jumat.

Sumber-sumber itu mengatakan bahwa Hassan Abu Afleh, yang ditangkap di Beirut pada Sabtu, dituduh sebagai tokoh utama dalam Brigade Abdullah Azzam, kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas dua serangan bom bunuh diri di dekat pusat kebudayaan Iran yang menewaskan delapan orang.

Kelompok itu juga menyatakan mendalangi serangan pada November terhadap Kedutaan Besar Iran.

Penahanan itu dilakukan setelah penangkapan pekan lalu terhadap Naim Abbas, seorang militan penting lain yang diidentifikasi sumber keamanan sebagai bekerja untuk Negara Islam Irak dan Levant, kelompok militan Sunni yang berperang di Suriah.

Penangkapan itu tidak segera diumumkan karena penyelidikan yang dilakukan pihak berwenang.

Ketegangan meningkat di Lebanon terkait konflik Suriah, setelah kelompok Hizbullah pro-Iran mengumumkan dukungannya dan mengirim pasukan untuk membantu Presiden Bashar al-Assad menumpas pemberontak Suriah.

Meski Lebanon secara resmi netral dalam perang di Suriah, negara itu terpecah antara pendukung Assad dan pendukung pemberontak Suriah.

Damaskus mendominasi Lebanon secara militer dan politik selama hampir 30 tahun hingga 2005.

Pada 18 Agustus 2013 lima roket mendarat di dan sekitar kota Hermel, sebuah pangkalan Hizbullah di Lebanon timur.

Hermel dan daerah-daerah lain di Lebanon timur, yang menjadi pangkalan kelompok Syiah Lebanon Hizbullah, diserang sejumlah roket dari Suriah dalam beberapa bulan ini.

Serangan roket terakhir itu terjadi tiga hari setelah ledakan bom mobil di pangkalan Hizbullah di Beirut selatan menewaskan 27 orang.

Menurut laporan Reuters, sebuah kelompok Sunni yang menamakan diri Brigade Aisha mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom pada 15 Agustus itu dan berjanji melancarkan operasi lebih lanjut terhadap Hizbullah.

Penduduk di Beirut selatan mengatakan bahwa Hizbullah, kelompok pejuang yang didukung Iran dan Suriah, siaga tinggi dan meningkatkan pengamanan di daerah itu setelah peringatan dari pemberontak Suriah mengenai kemungkinan pembalasan karena dukungan mereka bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Kekerasan sektarian yang disulut oleh konflik Suriah juga terjadi di Lembah Bekaa dan kota-kota Laut Tengah, Tripoli dan Sidon, yang mencerminkan bahwa ketegangan sektarian baru menyebar di Timur Tengah.

Muslim Sunni di Lebanon mendukung pemberontak di Suriah, sementara penduduk Syiah mendukung Assad, bagian dari minoritas Alawite, cabang dari Syiah.

Pemimpin Hizbullah Nasrallah telah berjanji, kelompoknya akan terus berperang membela Assad setelah mereka memelopori perebutan kembali kota strategis Qusair pada Juni.

Pada Oktober 2012, bom mobil di bagian timur Beirut menewaskan seorang pejabat intelijen senior Wissam al-Hassan, yang memiliki kedekatan dengan partai oposisi utama Sunni Lebanon yang mendukung pemberontak di Suriah. (Ant/Reuters)