Foto: Wayan Lanang Sudira, ditemui di kebun pisangnya di Banjar Jeleka, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Sabtu sore (24/7/2021).

Gianyar (Metrobali.com)-

Hamparan pohon pisang beraneka jenis tertata rapi di lahan seluas 80 are di pinggir Jalan Raya Batuan, Banjar Jeleka, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Sepasang petani paruh baya tampak tekun menyiangi gulma sambil mengecek kondisi pohon pisang yang mereka tanam di masa pandemi Covid-19 ini.

Senyum manis terpancar dari raut wajah petani ini walau kondisi hidup sedang pahit-pahitnya di masa kriris ini.

Kisah menarik pun terungkap ternyata pemilik kebun pisang ini adalah seorang pekerja pariwisata yang dirumahkan dan kini memilih menggeluti dunia pertanian.

“Saya sudah setahun lebih memilih bertani karena dirumahkan dari pekerjaan saya sebelumnya sebagai gardener (tukang kebun) di salah satu hotel di Kuta,” kata Wayan Lanang Sudira, ditemui di kebun pisangnya, Sabtu sore (24/7/2021).

Lanan Sudira yang juga dikenal sebagai seorang aktivis lingkungan dan pelestari mangrove mengakui keputusannya terjun menjadi “petani dadakan” bukanlah serta merta dan semata-mata sebuah keterpaksaan karena situasi pandemi.

Ketua Satgas Forum Peduli Mangrove Bali ini meyakini dirinya sekarang bertani adalah takdir dan jalan hidupnya serta sebagai sebuah panggilan hidupnya yang memang baru datang dengan adanya momentum pandemi Covid-19 saat ini.

“Karena pandemi dan tidak ada penghasilan dari pariwisata, saya tidak malu jadi petani. Saya merasa senang dan bahagia sekarang menjadi petani,” terang pria yang juga dikenal aktif di media sosial dan sebagai sosok vokal memberikan kritik atas kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat.

Seketika setelah terjun menjadi petani sejak April 2020 lalu, Lanang Sudira mengaku mendapatkan perspektif baru tentang dunia pertanian dan kehidupan para petani.

“Petani adalah pahlawan gizi bangsa. Tanpa petani kita tidak bisa makan makanan sehat dan bergizi. Saya menanam pisang juga ingin membantu menyedikan pangan buah bergizi dan sehat,” kata pria asal Banjar Tegeha, Desa Batuan, Kacamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini.

Kini Lanang Sudira mengaku mantap melakoni profesi sebagai petani walaupun dirinya hanya berstatus sebagai petani penggarap dengan menggarap lahan seluas 80 are milik Puri Dalem Segara. Ia pun tutup mata dan telinga dengan cibiran warga atas keputusannya bertani.

“Sebelumnya banyak yang mencibir, meragukan apakah saya bisa bertani karena memang sebelumnya tidak pernah bertani. Tapi sekarang setelah berjalan dan saya bisa, ya warga banyak yang memberikan dukungan. Banyak juga teman-teman saya datang memberikan motivasi,” ungkapnya.

Tanaman buah pisang pun menjadi pilihannya sebagai petani. Di kebun yang terletak di Banjar Jeleka, Desa Batuan, Kacamatan Sukawati ini dirinya bersama istri menanam belasan jenis pisang sebagai tanaman utama, di samping juga ada beberapa tanaman buah papaya california dan papaya thailand, singkon, cabai hingga bunga gumitir.

“Ada belasan jenis pisang, tapi kebanyakan yang saya tanam pisang untuk kepentingan upakara Yadnya umat Hindu. Ada juga pisang cavendish untuk konsumsi,” terang pria yang mengaku belajar bertani secara otodidak ini.

Ia lantas menyebutkan satu persatu belasan jenis pisang yang ditanam diantaranya pisang raja, pisang hijau, pisang ambon, pisang lumut, pisang kepok, pisang kepok thailand, pisang cavendish california, pisang chavendis thailand, pisang ketip bali, pisang susu, pisang sabit jawa, pisang sabit bali, pisang udak sangket, pisang hijau buluh, pisang marlin, pisang mas bali, pisang mas sasih, pisang mas gading bali, pisang kayu dan lainnya. (wid)