???????????????????????????????
Mangupura (Metrobali.com)-
Tari sutri merupakan salah satu jenis tari upacara yang dipertunjukkan dalam rangkaian upacara di pura yang dibawakan oleh penari wanita dengan diiringi gamelan gong kebyar. Tari ini  fungsinya sebagai sarana upacara di pura, disamping sebagai pelestarian tari upacara. Makna yang terkandung pada tari Sutri sebagai persembahan kepada yang mahakuasa atau leluhur leluhur, sebagai ekspresi budaya dan pengayaan jenis tari upacara dalam kebersamaan. Umumnya para penari memakai pakaian adat ke pura dan gerakan tarinya lembut mendekati gerakan tari Tari Rejang. “Tari Sutri ciptaan saya mendapat inspirasi dari tari Sutri Batuan yang dikembangkan melalui motif-motif gerak dan posisi penari. Bentuk tarinya sebagai tari upacara yang dibawakan wanita secara masal yang bernuansa palegongan dengan struktur taripepeson, pengawak, pengecet dan pekahad,” demikian disampaikan    A.A.Ayu Kusuma Arini, SST.,MSi pelatih Tari Sutri ibu-ibu SKPD Kabupaten Badung saat ditemui di kediamannya Pura Anyar Sibanggede, Kamis (30/10) .                     
                                                              
A.A Kusuma Arini mengungkapkan, untuk persiapan gelaran Tari Sutri yang dipentaskan di Pura Taman Ayun, telah dilakukan latihan Tari Sutri mulai tanggal 6 Oktober 2014 di Wantilan Puspem lama dengan melibatkan ibu-ibu SKPD di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Badung. Tari Sutri ini akan dibawakan oleh 2 kelompok yakni kelompok semeton Puri Mengwi dan kelompok ibu-ibu SKPD Badung. “Tidak ada hambatan dalam melatih ibu-ibu SKPD ini mereka dengan cepat dapat menangkap arahan saya sehingga hanya memerlukan 8 kali latihan untuk tampil di Pura Taman Ayun serangkaian mendak betara. Saya juga bersyukur ibu-ibu SKPD mau mempelajari Tari Sutri sehingga kedepannya dapat menggetoktularkan kepada masyarakat, sehingga tari upacara secara masal ini dapat berkembang sesuai harapan karena motif geraknya mudah dilakukan yang dapat menambah keterampilan menari para wanita, sebagai pelengkap upacara di pura dalam meng “ajegkan” Bali sebagai pulau kesenian”kata Kusuma Arini.
Kusuma Arini dengan nama lengkap A.A.Ayu Kusuma Arini, SST.,MSi dan bersuamikan I Gst. Agung Gede Kepakisan ini mempunyai darah seni yang diturunkan dari neneknya yang merupakan penari Legong di Pura di Puri Ageng Karangasem dan kakeknya yang merupakan kakek dari Raja Karangasem terakhir ini merupakan arsitektur alam pembuat Taman Ujung Tirtagangga. Ibu 2 anak ini yang sempat mengenyam pendidikan di ASTI Denpasar dan menjadi Dosen tari di ASTI juga merupakan Pembina kesenian Pemda Badung pada masa Alit Putra.  Selain itu juga   memiliki jam terbang yang tinggi dalam dunia tari bahkan sempat melanglang buana untuk mempertunjukkan kebolehannya menari seperti di Jepang, Amerika Serikat, Kanada, Jerman, Belgia dan Belanda. “yang paling berkesan adalah saat mewakili Bali dalam Festival Tari Panji 5 daerah yang dilaksanakan di Jogja pada Tahun 1978,” ungkapnya.
Banyak daerah di Kabupaten Badung yang memiliki kesenian yang unik, tradisional dan kuno, untuk itu perlu kiranya Pemerintah kabupaten Badung melakukan pemetaan terhadap keberadaan kesenian tersebut. “Ini harus dilakukan sehingga kedepannya kesenian-kesenian langka tersebut dapat dilestarikan dan dikembangkan lagi,”pesan Kusuma Arini. RED-MB