aston denpasar
Denpasar (Metrobali.com)-
Upaya kurator Pandji L. Pakpahan menguasai PT Puri Nikki dan Nikki Puri selaku pengelola Hotel Aston Gatot Subroto Denpasar (dalam pailit), Kamis (12/2) gagal total. Pihak manajemen PT Puri Nikki dan Nikki Puri didampingi kuasa hukumnya diantaranya Nyoman Gde Sudiantara dan Nur Abidin melakukan perlawanan terhadap upaya kurator tersebut. Perlawanan pihak manajemen ditambah kreditur cukup sengit. Nyoman Sudiantara dengan suara lantang menuding kurator Pandji L. Pakpahan memaksakan kehendak meski cacat hukum. Pasalnya, keabsahan atau legalitas sebagai kurator tidak jelas alias abal-abal sebab kurator yang ditunjuk oleh hakim Pengadilan Niaga Surabaya bukan Pandji L.Pakpahan. Tuntutan pihak manajemen meminta penambahan atau penggantian kurator agar netralitasnya bisa dipertanggungjawabkan belum dipenuhi meski sudah diajukan ke hakim pengawas di PN Surabaya. Lebih dari itu, Sudiantara atau akrab dipanggil Ponglik ini juga mempersoalkan niat kurator yang akan mengganti manajemen sekaligus menunjuk manajer operasional Aston. “You mewakili siapa,kita ini sudah sepakat 80 persen pemilik menyerahkan ke kita, bila penambahan kurator tidak dipenuhi kami semua menolak,”tegas Sudiantara sambil berdiri.
Ditambahkan Sudiantara, sejatinya bila sudah ada penambahan kurator masalah ini bisa cepat selesai secara fair. “Kurator ini bukan urusan menyegel atau lelang tapi membereskan utang, dia ini belum bekerja apa-apa. Lagian dia sudah mengambil uang di kas perusahaan 5,3 miliar,” imbuh Sudiantara.
Terkait dengan klaim kurator Pandji bahwa dasar untuk mengganti manajemen itu hasil pertemuan atau kesepakatan dengan pemilik saham tanggal 2 Pebruari lalu ditegaskan Sudiantara itu hanyalah abal-abal.”Itu hanya rekayasa untuk menunjukkan pada hakim bahwa kurator sudah bekerja,” tukas Sudiantara. ditambahkan oleh salah seorang pemilik saham yang ikut pertemuan itu, AA Agustiawan bahwa pertemuan itu bukan membahas masalah pergantian atau permintaan persetujuan menunjuk manajer hotel tapi agendanya klarifikasi. “Kita kaget kalau pertemuan itu diklaim sebagai bentuk persetujuan,jelas kita tolak,”tegas Agustiawan.
Hal itu ditambahkan oleh Dino Dinata yang turut serta dalam pertemuan tersebut. “Saya punya aslinya, ternyata setelah diketik kok beda makanya saya menolak tanda tangan,”kata Dino Dinata sambil menunjukkan foto berita acara pertemuan di ponselnya.
Beberapa pemilik saham yang ditemui di Aston juga menyangkal klaim kurator. Pemilik saham awalnya memang tidak mengerti dan paham persoalan ini, tapi setelah dijelaskan akhirnya semua sepakat  dan menolak upaya-upaya kurator. “Saya kasihan dengan teman-teman yang berinvestasi, kita ini dibohongi kurator. kita tetap tuntut tambah kurator biar fair dan jelas,”kata Mega, salah seorang pemilik saham terbesar di Aston. Sementara Pandji L.Pakpahan menyatakan kalau targetnya sudah gagal. Rencananya, dia akan menunjuk manajer operasional hotel Aston yang baru. Tujuannya, operasional hotel tetap jalan dan transaksi keuangannya bisa dipantau. Menanggapi soal pengambilan uang di rekening perusahaan, Padji membenarkan dengan tujuan untuk mengamankan sekaligus untuk fee nya sebagai kurator. “Saya tidak masalah, saya hanya peduli pada pemilik saham agar uangnya atau investasinya jelas bisa kembali setelah hotel diputus pailit oleh pengadilan,”kata Pandji L. Pakpahan pada sejumlah wartawan.
Lantas setelah gagal mengganti manajemen apa langkah selanjutnya?”Saya akan ajukan permohonan penyitaan dan penyegelan pada hakim,”imbuhnya.
Disisi lain, suasana hotel Aston kemarin cukup tegang. Beberapa polisi pakaian dinas dan intel baik polisi maupun tentara mengawal Pandji L.Pakpahan mulai dari hotel Neo, Gatsu Barat hingga di Aston. Sementara, itu di hotel Aston sendiri puluhan anggota ormas turut siaga di sekitar restoran tempat pertemuan berlangsung.Pun demikian, situasi tetap terkendali hingga Pandji kembali ke hotel Neo. SN-MB