Museum Keraton Yogyakarta

Yogyakarta (Metrobali.com)-

Badan Musyawarah Musea Daerah Istimewa Yogyakarta memperkirakan tingkat kunjungan seluruh museum yang tersebar di daerah itu rata-rata menurun hingga 50 persen sejak awal bulan Ramadhan 1436 Hijriah.

“Misalnya kunjungan terbanyak bisa mencapai ratusan bahkan ribuan, kini per hari bisa separuhnya,” kata Ketua Bidang Teknologi Informasi dan Kerja Sama Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY, Donny S Megananda di Yogyakarta, Minggu (28/6).

Kunjungan wisata museum sejak awal bulan puasa, menurut dia, juga cenderung terpusat hanya ke museum-museum utama di jantung Kota Yogyakarta, seperti di Museum Keraton Yogyakarta, serta Museum Vredeburg dari 47 museum lainnya di DIY.

Kendati kunjungan wisatawan mancanegara tidak terpengaruh bulan puasa, menurut Donny, kunjungan mereka tidak akan mampu mendongkrak tingkat kunjungan itu, sebab minat kunjungan wisatawan mancanegara terhadap museum di Yogyakarta tidak terlalu besar. “Apalagi kunjungan wisata turis asing ke Yogyakarta masih tergolong sedikit, jauh di bawah Bali,” kata dia.

Menurut Donny, penurunan kunjungan selama bulan puasa telah dialami para pengelola museum setiap tahun, sehingga konsekuensi turunnya pendapatan telah diprediksikan masing-masing pengelola jauh hari sebelum Ramadhan.

Dia mengatakan sebagian besar para pengelola museum baik negeri maupun swasta justru memanfaatkan momen “low season” atau musim sepi kunjungan untuk merenovasi bangunan fisik museum. “Banyak yang memanfaatkan momentum ini untuk memperbaiki bangunan fisik serta koleksi museum,” kata Donny yang juga pengelola Museum Wayang Kekayon Yogyakarta.

Kepala Bagian Operasional Monumen Jogja Kembali, Benny Soegito mengatakan penurunan tingkat kunjungan ke museum sejarah perjuangan Yogyakarta itu sudah terlihat menjelang bulan puasa. Kunjungan menurun 30 persen dari rata-rata 425 wisatawan per hari. “Kami perkirakan H-10 bersamaan momentum mudik Lebaran, tingkat kunjungan sudah kembali melonjak,” kata Benny.AN-MB