Sugeng Hariadi

Sugeng Hariadi
Denpasar (Metrobali.com)-

Dengan adanya stimulus yang dikeluarkan pemerintah, akhir Oktober lalu pembiayaan yang disalurkan Finance kembali bergeliat. “Selama dua bulan lalu sebelum adanya relaksasi yang dikeluarkan pemerintah terus terang aja kami ada penurunan sekitar 4 persen dari landing kita, karena masih ada idol money yang belum bisa kita salurkan”, ujar Sugeng Hariadi, Regional Head Adira Finance Bali Nusa Tenggara saat ditemui di Denpasar, Jum’at (13/11).

Apa yang diungkapkan Sugeng sebagai akibat adanya pengetatan yang diberlakukan OJK sebelumnya yang berimbas terjadinya perlambatan serapan kredit di masyarakat. “Sebenarnya, maaf kita masih punya dana namun penyalurannya terhambat, makanya agar segera terealisasinya serapan kredit pada masyarakat kita siasati dengan menambah produk elektronik dan furniture”, ungkapnya.

Lantas ia menjelaskan, target hingga Oktober 2015 sebesar Rp. 1,5 triliun namun karena sempat mengalami penurunan dua bulan lalu sebesar 4 persen, akibatnya target hingga akhir Oktober baru mencapai Rp. 1,3 triliun.

Menurutnya target hingga tahun 2015 sebesar Rp. 1,8 triliun agak berat dicapai, namun untuk Landing akan tercapai sekitar 90 persen dari target itu hingga akhir tahun 2015. Namun recovery kembali terjadi akibat relaksasi yang diberlakukan pemerintah, hingga bisa mengangkat kembali penurunan 4 persen selama dua bulan lalu. “Dengan recovery yang kita lakukan dengan adanya relaksasi dari pemerintah, 4 persen yang kemaren sempat turun, kini bisa pulih lagi”, tukasnya.

Lebih lanjut dari sisi NPL ia mengatakan cukup terkendali yang posisinya 1,7 persen. Artinya kondisi ini membuat pihaknya cukup aman. “Resiko bisnis yang kita lakukan cukup terkakulasi, apalagi karakteristik masyarakat Bali yang sangat bagus”, imbuhnya.

Dari komposisi kredit yang telah disalurkan, rupanya kredit otomotif masih mendominasi layanan, sedangkan market share untuk Bali Nusa Tenggara sebesar 15 persen mendominasi. Lantas ia menjelaskan, untuk masyarakat Bali dari 100 persen transaksi itu sebenarnya perhitungannya itu cash, namun sebenarnya cash yang dimaksud itu nampaknya cash semu, kenapa demikian pasalnya masyarakat kita kreditnya masih banyak lewat LPD, BPR, dan lainnya. Meski dari database dealer itu tercatat cash,
namun nyatanya kredit market itu hanya dihitung pada finance company saja.

Kembali ia menandaskan situasi saat ini agak menyulitkan sebagi akibat aturan OJK yang terus berkembang. POJK yang terbaru menurutnya membatasi ruang gerak lembaga finance dalam penyaluran kreditnya. Sedangkan stimulus yang dikeluarkan pemerintah ucapnya hanya mendorong daya beli masyarakat. Imbas yang ditimbulkan bagi pihaknya tidak bisa dipungkiri, jika daya beli masyarakat naik, maka kredit mereka juga akan tumbuh, sehingga market akan mengalami kenaikan atau penetrasi.

Lebih lanjut Sugeng menjabarkan Adira Finance Bali Nusa Tenggara satu satunya yang tumbuh sebesar 3 persen di Indonesia tahun ini dan tentu sangat membanggakan pihaknya. “Kita tumbuh karena kita tidak tergantung pada komoditi, namun lebih tertumpu pada sektor pariwisata. Sedangkan daerah lain yang tergantung pada produk komoditi yang kesemuanya mengalami kemerosotan bahkan bisa dikata semuanya hancur, fluktuasi dollar pun tidak begitu besar dampaknya bagi kita, dan saya rasa ini bisa dirasakan lembaga finance lainnya”, pungkasnya. RED-MB