pertanian

Jemuran gabah seusai panen memenuhi jalan beraspal yang tidak begitu mulus, lebarnya sempit, hanya pas untuk satu kendaraan roda empat. Sepanjang tepi jalan mengikuti selokan tertata apik.

Petani seusai panen raya itu menjemur gabah dengan alas terpal di sepanjang jalan subak Mole, dan Subak Sengawang Desa Marga Dauh Puri, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, 25 km barat laut Denpasar.

Jaringan jalan sempit yang membelah subak Mole dan subak Sengawang itu memiliki hamparan sawah sekitar lebih dari 50 hektare sepanjang hampir dua kilometer hasil pelebaran jalan setapak yang dilakukan secara gotong royong oleh anggota subak setempat.

Selain sebagai sarana transportasi, jalan sekaligus juga dimanfaatkan sebagai lantai jemur, sehingga gabah yang dihasilkannya lebih bermutu, sehingganya menjadi lebih mahal.

Petani Bali memang mulai kreatif mengolah hasil panen, khususnya gabah sehingga harganya lebih mahal dibanding menjual gabah kualitas rendah dengan kadar air di atas 25 persen atau kadar kotoran di atas sepuluh persen, tutur Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar.

Petani yang menjual gabah kering panen (GKP) kualitas rendah pada bulan Arpil 2014 sebesar 18,13 persen jauh lebih kecil dibanding bulan sebelumnya mencapai 48,39 persen.

Petani untuk menghasilkan gabah kering panen berkualitas itu memang harus bekerja ekstra dengan cara menjemur di bawah sinar matahari, meskipun daerah ini masih sering diguyur hujan.

Namun berkat kerja keras petani mengolah hasil mampu menghasilkan gabah yang bermutu sehingga harganya lebih mahal. Hal itu berkat kesadaran petani dan sosialisasi instansi teknis terkait, bahwa menjual gabah kualitas baik nilainya jauh lebih mahal, disamping mampu menghasilkan beras yang bermutu.

Meskipun petani menjual gabah kualitas baik pada musim panen raya ini, namun harga di tingkat petani menunjukkan adanya penurunan rata-rata gabah kualitas GKP pada bulan April 2014 dibanding bulan sebelumnya sebesar 9,24 persen dan di tingkat penggilingan juga menurun 9,08 persen.

Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada April 2014 tetap berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yakni sebesar Rp3.627,63/kg di tingkat petani dan Rp3.697,63/kg di tingkat penggilingan.

Transaksi gabah kering panen tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Karangasem sebesar Rp4.322/kg untuk varietas Ciherang dan terendah di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp3.400/kg untuk varietas Ciherang.

Tiga Tahun Bertahan Harga gabah kering panen (GKP) hasil produksi petani di Bali dihargai antara Rp3.900-Rp4.300 per kg, harga yang bertahan sejak tiga tahun silam, padahal harga keperluan lainnya di pasaran sudah meroket.

Harga gabah yang diterima petani saat panen seharga Rp4.000 per kg dinilai cukup bagus, karena biasanya petani begitu panen harga merosot, tetapi sekarang bertahan.

Menurut Made Doble, seorang petani sawah di Kecamatam Mengwi, Kabupaten Badung, harga gabah hasil produksi petani dengan kualitas yang ada di sawah tersebut, jauh di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang ditetapkan Maret 2012 seharga Rp3.300 per kg. Jadi sejak dua tahun lalu harga gabah yang ditetapkan pemerintah tetap bertahan.

Sementara harga keperluan masyarakat selain beras mengalami kenaikan yang tinggi, apalagi setelah adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun 2013, maka dengan harga gabah yang dinikmati petani saat ini kecil.

Pria yang menggarap lahan sawah seluas 80 are itu mengaku pada tahun 2012 mampu menjual gabah dengan kualitas yang sama yakni gabah kering panen seharga Rp4.000/kg, harga tersebut waktu itu sudah rugi jika dibandingkan harga barang-barang produksi pabrik.

Harga yang dinikmati petani saat ini sudah di atas pembelian pemerintah yakni Rp3.300 per kg gabah kering panen. Pemerintah sendiri tampaknya kurang berpihak kepada petani, terbukti belum pernah menaikkan harga hasil produksi petani sejak 2012.

Kepala Perum Bulog Divisi Regional Bali, Gede Rempiana mengakui, harga gabah petani Bali kini terjual rata-rata di atas harga patokan pemerintah yakni antara Rp4.100 – Rp4.300 per kg di daerah gudang beras Kabupaten Tabanan.

Petani saat panen mengalami kekurangan tenaga kerja untuk memanen, sehingga banyak buruh yang datang dari luar daerah terutama Banyuwangi, Jawa Timur termasuk pengusaha penggilingan daerah itu yang membeli gabah petani Bali.

Harga gabah hasil panenan petani Bali sudah berada di atas harga patokan pemerintah, maka Bulog tidak harus turun tangan membeli produksi masyarakat, kecuali harga hasil salah satu bahan pangan itu rendah barulah pemerintah turun tangan.

Produktivitas Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardana menjelaskan produktivitas tanaman padi di Bali rata-rata 58,60 kuintal GKP per hektare selama tahun 2013, melebihi produksi rata-rata tingkat nasional.

Produksi rata-rata persatuan hektare itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 58.09 kuintal GKP/hektare. Bali hingga kini memiliki lahan sawah seluas 81.625 hektare atau 14,53 persen dari luas daratan Pulau Dewata.

Lahan sawah tersebut sebagian besar masih berpengairan setengah teknis (90,25 persen), sisanya irigasi sederhana, irigasi desa (non pekerjaan umum) dan sawah tadah hujan.

Pihaknya dalam tahun 2014 menargetkan produksi padi sebanyak 871.668 ton gabah kering giling (KGK), meningkat dari realiasi 2013 yang tercatat 881.175 ton.

Kondisi itu juga mengalami peningkatan dibanding produksi tahun 2012 yang tercatat 865.554 ton GKG.

Dua kali penanaman padi setiap tahun panen rata-rata seluas 150.741 hektare. Meskipun kebutuhan masyarakat Bali termasuk wisatawan terus meningkat, namun produksi itu masih mampu memenuhi kebutuhan domestik.

Kebutuhan konsumsi beras masyarakat Bali setiap tahunnya sekitar 451.327 ton atau rata-rata 130 kg perkapita pertahun, sehingga dari produksi itu masih ada kelebihan produksi beras (swasembada) sebanyak 47.974 ton.

Berdasarkan perhitungan selama tiga tahun terakhir periode 2009-2011 terdapat surplus beras 58.822 ton, tutur Ida Bagus Wisnuardana. AN-MB