Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Provinsi Bali Dewa Ayu Sri Wigunawati berpendapat kaum hawa yang menjadi calon anggota legislatif ketika terpilih harus fokus memperjuangkan sektor pendidikan dan kesehatan.

“Tidak bisa jika segala macam persoalan hanya dititipkan kepada anggota legislatif pria karena mereka sudah disibukkan dengan berbagai agenda legislasi lainnya. Sektor pendidikan, kesehatan dan juga ekonomi, dalam keseharian kaum perempuanlah yang paling sering bersentuhan,” katanya saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk “Generasi Muda Sebagai Pilar Penerus Bangsa”, di Denpasar, Jumat (20/12).

Menurut dia, ketika kembali ke ranah domestik, perempuan yang banyak memerankan posisi mendidik generasi penerus bangsa. Tidak sedikit pula persoalan-persoalan kesehatan wanita seperti kanker serviks, kanker payudara, dan kanker rahim yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.

Namun, ucap dia, untuk keberhasilan perjuangan anggota legislatif perempuan, mereka harus menempati posisi yang menentukan seperti memegang jabatan sebagai ketua, wakil ketua, ketua komisi, sekretaris komisi dan sebagainya.

“Sayangnya, hanya sedikit parpol yang menempatkan kader perempuannya dalam kepengurusan parpol. Posisi yang biasa dipercayakan paling hanya sebagai wakil ketua bidang pemberdayaan perempuan,” ujarnya pada seminar yang digelar di Universitas Warmadewa itu.

Ia menambahkan, termasuk juga untuk partai-partai besar di Bali seperti PDI Perjuangan, Golkar, dan Demokrat, ada yang sama sekali tidak memiliki pengurus perempuan.

“Di sisi lain, meskipun sudah ada kuota keterwakilan perempuan 30 persen pada daftar calon tetap (DCT) Pemilu, persaingan mereka untuk menjadi anggota Dewan juga masih sulit karena dihadapkan pada berbagai kendala,” ucapnya.

Wigunawati yang juga calon anggota DPD pada Pemilu 2014, berpendapat untuk mencari konstituen itu perempuan masih dibatasi waktu bersosialisasi, di samping memikirkan tingginya biaya politik.

Sementara itu, pengamat politik I Nyoman Wiratmaja mengatakan selama ini masyarakat seringkali mencitrakan parpol itu identik dengan hal buruk, hitam, kotor dan selalu memerlukan uang.

“Tidak salah juga citra seperti itu karena dipengaruhi oleh pemberitaan media yang kerap menonjolkan keburukan parpol,” katanya.

Wiratmaja mengatakan parpol harus diperbaiki karena wajah negara akan terlihat parpol karena kader-kader partailah yang nanti akan menjadi calon-calon pemimpin negara. AN-MB