Denpasar (Metrobali.com)-

Pengurus Koperasi Produsen Tempe dan Tahu (Kopti) Pusat hingga kini belum memberikan respons terhadap permohonan izin Kopti Denpasar, Bali, yang tidak ikut dalam aksi mogok kerja secara nasional, mulai Senin hingga Rabu (11/9).

“Meskipun tidak mendapat respons ratusan pengusaha tahu dan tempe yang terhimpun dalam wadah Kopti Denpasar tetap tidak ikut mogok kerja sesuai dengan imbauan Kopti Pusat,” kata Ketua Kopti Makmur Denpasar Bambang Haryadi ketika dihubungi Antara, Senin (9/9).

Ia mengatakan bahwa ratusan anggota Kopti Denpasar sebelumnya telah sepakat tidak bisa memenuhi imbauan dan ajakan Kopti Pusat karena mendukung stabilitas keamanan di Pulau Dewata.

Bali kini tengah berjuang keras untuk menjaga dan memelihara sbalitas keamanan dalam menyukseskan ajang kontes kecantikan “Miss World” dan pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Coorporation (APEC).

“Semua itu memerlukan dukungan dan peran serta dari semua pihak, termasuk persediaan pasokan tahu dan tempe kepada masyarakat konsumen dalam jumlah yang memadai,” ujar Bambang Haryadi.

Jika pekerja tahu dan tempe di Bali, khususnya di Kota Denpasar dan sekitarnya ikut mogok nasional selama tiga hari, 9–11 September 2013 dikhawatirkan berdampak terhadap ibu-ibu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan bahan makanan sehari-hari.

“Menu tahu dan tempe menjadi menu hidangan sehari-hari dari sebagian besar masyarakat Pulau Dewata sehingga bisa dibayangkan jika selama tiga hari tidak berproduksi secara tidak langsung bisa berpengaruh terhadap stabilitas daerah,” ujarnya.

Oleh sebab itu, kata dia, seluruh anggota Kopti Denpasar tidak ikut melakukan mogok kerja sesuai dengan imbauan Kopti Pusat.

Imbauan dan ajakan Kopti Pusat untuk mogok kerja sehubungan dengan meroketnya harga kedelai dari Rp7.200 per kilogram menjadi Rp9.500/kg. AN-MB