Denpasar, (Metrobali.com)

Dalam rangkaian kunjungan ke STAHN Mpu Kuturan, Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana juga mengunjungi Wihara Brahma Arama di Desa Banjar, yang dilanjutkan pertemuan dengan tokoh-tokoh adat termasuk Pasemetonan Keturun Tokoh-tokoh Perang Banjar pada Jumat, 11 September 2020.

Di Wihara, Ari berdialong dengan pengelola wihara Ida Bagus Rahoela yang menjelaskan konsep bangunan 1stupa dan pagoda yang memadukan unsur arsitektur Bali, Tibet (Tantra) dan China. Hal tersebut dimaknai bahwa manusia pada dasarnya sama dan menginginkan tujuan dan kebahagiaan yang sama. Hal tersebut digambarkan dari bentuk tangga yang terdiri dari banyak sudut, namun pada akhirnya mengarah pada tujuan yang sama.

Ida Bagus Rahoela juga menyampaikan harapan agar dalam situasi Pendemi ini seluruh komponen bangsa bersikap bijaksana dan toleran sehingga bisa membawa bangsa selamat melalui ujian ini.

Ari menanggapi dengan memberikan penjelasan bahwa pemerintah yang dipimpin Presiden Jokowi terus mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi pandemi ini, salah satunya dengan menyeimbangkan penanganan melalui keahlian saintifik dengan pendekatan budaya yang melibatkan para tokoh agama dan budaya. Pelibatan pendekatan budaya dalam edukasi protokol kesehatan agar upaya-upaya maksimal yang telah dilakukan dapat membuahkan hasil yang lebih efektif dan pandemi segera berakhir.

Kepada para aparat kepolisian yang juga hadir dalam acara tersebut, Ari mengingatkan agar mereka terus aktif mengajak masyarakat untuk taat menjalankan protokol kesehatan baik dengan cara-cara persuatif dan tindakan tegas jika diperlukan.

Diakhir kunjungan, salah satu pewaris Ida Bagus Jelantik, menyerahkan buku Geguritan Sucita Subudi. Acara diakhiri penyerahan bantuan 5 ribu masker kepada pengelola wihara untuk dibagikan kepada masyarakat.

Semangat Perang Banjar Untuk Menghadapi Pandemi

Ari Dwipayana juga berkunjung ke Griya Gede Banjar disambut para penglingsir dan para tokoh Pasemetonan Perang Banjar. Dalam kesempatan tersebut, para penglingsir menjelaskan spirit dan sejarah Perang Banjar yang terjadi pada tahun 1868.

Ari juga diberikan kesempatan melihat Mrajan Grya Gede Banjar dan Palinggih Pajenengan tempat distanakannya Arca Raja-Rsi.

Dialog dilanjutkan dengan penglingsir dan keturunan pemimpin Perang Banjar tentang semangat Sura Magada yang dalam konteks pandemi dapat menjadi spirit bagi Bali untuk Bangkit ditengah pandemic Covid-19. Sura Magada bermakna sebagai senjata para pemberani untuk menghadapi berbagai tantangan dan halangan dalam hidup.

Pada akhir kunjungan Ari bersimakrama dengan para tokoh yaitu Klian Adat Banjar Melanting, Perbekel Kali Anget, Klian Adat Kayu Putih, Tokoh dari Desa Sidatapa dan Tokoh dari Desa Tangguwisia. Diakhiri acara, Ari mendapatkan kenang-kenangan berupa buku sejarah lengkap Perang Banjar dan masker bersimbol Perang Banjar, dari Gus Wika, selaku Ketua Panitia Peringatan 152 tahun Perang Banjar. Ari menyerahkan bantuan masker untuk didistribusikan kepada masyarakat.

Editor : Hana Sutiawati