Denpasar (Metrobali.com)-

Akademisi dari Universitas Warmadewa I Nyoman Wiratmaja berpendapat konvensi untuk mendapatkan calon presiden dari Partai Demokrat merupakan cara elegan partai itu dalam meningkatkan citranya supaya terkesan demokratis.

“Tetapi ujung-ujungnya yang dicari nanti adalah mereka yang memiliki loyalitas tinggi pada Demokrat dan juga loyal pada ketua umumnya,” kata dosen Fisip Unwar itu, di Denpasar, Sabtu.

Menurut dia, capres yang dipilih dalam konvensi Demokrat adalah mereka yang loyal kepada partai besutan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu karena melihat kondisi internal partai yang sejumlah tokohnya tersangkut kasus korupsi.

“Kondisi ini telah jauh menurunkan popularitas Partai Demokrat. Siapa yang dipilih nanti menjadi capres dari partai itu, sudah pasti ada syarat dan kriterianya, terutama perihal loyalitas tersebut,” ujarnya yang sering menjadi pembicara seminar itu.

Terkait dengan beberapa tokoh yang diinginkan Demokrat untuk ikut konvensi, tetapi mereka tidak bersedia, menurut Wiratmaja tidak terlepas karena dilihat dari turunnya pamor Demokrat.

“Seperti halnya Jusuf Kalla, dia mempunyai peluang yang lebih besar jika tetap di Golkar, apalagi popularitas Aburizal Bakrie tidak terlalu bagus,” ujarnya.

Ia menambahkan, keputusan JK itu cukup rasional karena merasa dirinya cukup diperhitungkan. Apalagi Ketua PMI itu sebelumnya pernah memegang posisi tertinggi di partai berlambang pohon beringin itu.

“Mengapa juga harus maju menjadi capres lewat partai yang masih dirundung masalah dan dirasa belum jelas,” ujarnya mempertanyakan.

Menurut dia, tokoh-tokoh ternama yang popularitasnya sedang naik lebih baik memilih parpol besar lainnya karena mereka posisinya lebih bagus.

“Memang proses konvensi Demokrat masih panjang dan belum bisa diprediksikan siapa yang nanti akhirnya yang dicalonkan. Mungkin saja nanti ada rambu-rambu baru yang akan dijadikan patokan Demokrat dalam menentukan capres dengan melihat perkembangan kondisis perpolitikan,” kata Wiratmaja. AN-MB