Foto: Drummer Kunto Hartono saat melakukan aksinya didampingi Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ) Komang Gde Subudi dan  I Gusti Ngurah Bagus Muditha Pantai Festival Padang Galak, Denpasar, Sabtu (10/8/2019).

Denpasar (Metrobali.com)-

Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ) menyambut HUT ke-74 Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan cara yang berbeda dan sangat menginspirasi.

Mengangkat tema “Genderang Persatuan Indonesia, Membumikan Nusantara Menduniakan Indonesia,” YPBJ mendukung aksi Kunto Hartono, drummer Indonesia pemegang rekor dunia Guinness World Records dengan penampilan “NGEDRUM 7,4 JAM NON-STOP DENGAN MATA DITUTUP, TELINGA DISUMPAL & MULUT DILAKBAN”.

Aksi Ngedrum ini dilakukan di Pantai Festival Padang Galak, Denpasar dari Sabtu siang (10/8/2019) hingga malam. Dirangkai juga dengan aksi unik lainnya yakni melukis dengan mata tertutup yang dilakukan Ki Jembrong, seniman sekaligus penekun spritual asal Malang.

Kunto Hartono, drummer yang pernah tampil di “Final FIFA World Cup 2018 Russia” dengan “Ngedrum 4,5 Jam Mata Ditutup” ini  kali ini akan tampil di Pantai Padang Galak dengan drum yang tidak lazim yakni menggunakan kendang Bali.

“Saya ngedrum gunakan kendang Bali sebagai bentuk jaga tradisi, heritage. Kita harus bangga gunakan alat musik yang kita miliki,” kata pria yang juga anggota Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ) yang bergerak melestarikan heritage seperti situs dan ritus nusantara ini.

Ia pun melakukan aksi memukau ngedrum dengan mata tertutup, telinga disumpal dan mulut dilakban sebagai salah satu caranya mengirimkan pesan dan makna filosofis tersirat untuk memaknai HUT ke-74 kemerdekaan RI ini.

Bagi Kunto Hartono aksi ini bentuk kebebasan berekspresi dan juga menyampaikan kritik membangun. “Silakan masyarakat memaknai sendiri. Yang jelas ini bentuk saya menyampaikan kritik membangun,” katanya.

Soal pemilihan aksi ngedrum di lokasi di Pantai Festival Padang Galak, Denpasar, Kunto Hartono menjelaskan lokasi ini sengaja dipilih karena memiliki aura spiritual yang kuat. Ini juga tempat yang tepat untuk menyeruka pesan-pesan dan spirit perdamaian dan persatuan.

“Secara spiritual ini pintu gerbang Bali. Aura spiritual kuat,” kata Kunto Hartono lantas menambahkan pihaknya juga ingin menyampaikan pesan menjaga  kemerdekaan alam, manusia dan kehidupan.

Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ) Komang Gde Subudi menambahkan vibrasi situs ritus terjemahkan dalam aktivitas nyata lewat aksi ngedrum Kunto Hartono yang juga dipadukan dengan Gending Bali ini.

“Dari komunikasi imajiner menjadi komunikasi faktual. Ada perpaduan budaya Bali lewat gending, drumm, kendang Bali jadi harmoni di hati dan di bumi,” kata Subudi.

Acara yang bertema “Genderang Persatuan Indonesia, Membumikan Nusantara Menduniakan Indonesia,” ini juga menjadi semacam representasi menabuh genderang perdamaian, persaudaraan dan persatuan untuk dunia

“Bali jadi rumah perdamaian dunia. Dari Bali kita tabuh genderang dan sebarkan virus kebaikan serta perdamaian untuk dunia,” ujar Ketua Umum Badan Independent Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali.

Disini YBPJ juga ingin kembali menggugah seluruh masyarakat untuk kembali menyadari tanggung jawabnya dalam melestariakan adat istiadat dan keharmonisan alam.

“Hidup sesuatu yang sifatnya buta dan tuli, kalu kita tidak eling dan ngeh (sadar, red) dengan itu kita akan buta dan tuli terhadap lingkungan terhadap orang lain dan terhadap yang terjadi di sekitar kita,” ujar Subudi.

“Jadi mari kita ngeh dan eling supaya buta dan tuli kita itu sirnah sehingga semakin sensitif kepada lingkungan kita. Disitulah roh budaya, roh leluhur kita yang namanya situs ritus akan kembali terpancar,” imbuh Subudi yang juga pendiri Yasasan Bumi Bali Bagus (YBBB) ini.

I Gusti Ngurah Bagus Muditha selaku Pembina Yayasan BPJ mengungkapkan Kunto Hartono  memiliki visi dan misi yang sama dengan BPJ, diantaranya mengangkat heritage, seni & budaya nusantara ke level dunia.

Penanggung Jawab Kegiatan dari Yayasan BPJ, Mangku Made Sarayoga menjelaskan acara Genderang Persatuan Indonesia juga dikemas untuk mendukung aksi “Drum for Humanity.”

Aksi ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk mendonasikan sebagian hartanya melalui rekening Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT) di BCA: 6760303818.

Dana yang terkumpul selama 7,4 jam Ngedrum tanpa henti ini akan disalurkan untuk kegiatan kemanusiaan yang akan disalurkan kepada masyarakat yang tertimpa musibah bencana alam yang akhir-akhir ini melanda Indonesia.

Kegiatan ini juga sebagai pemanasan bagi Kunto sebelum menjalani rekor dunia “The Longest Drumming 111 Hours By A Team” yang akan dilakukannya bersama drummer dari empat negara untuk membantu anak-anak korban perang Palestina (#Drum4Palestine) di Nusa Dua, Bali, bulan Oktober 2019 mendatang.

Kunto yang dikenal dengan sebutan #DrummerSakti ini getol menyuarakan perdamaian dunia dan kegiatan kemanusiaan melalui event rekor dunia.

Rekor dunia untuk perdamaian dunia dan kegiatan kemanusiaan pernah dilakukannya di Castelo Branco, Portugal pada tanggal 20 – 24 September 2017 lalu, dimana saat itu Kunto bersama 4 drummer dari 4 negara untuk membantu anak-anak korban perang di Syria, #Drum4Syaria. (wid)