pakan ikan

Jakarta (Metrobali.com)-

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memetakan jalan untuk menuju kemandirian pakan ikan nasional yang saat ini dinilai semakin memberatkan pembudidaya karena masih bergantung kepada pakan impor.

“Sesuai arahan Menteri Kelautan dan Perikanan (Susi Pudjiastuti), saat ini adalah waktunya kita melaksanakan gerakan kemandirian pakan ikan,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, Jumat (19/12).

Apalagi, menurut Slamet, pakan dinilai merupakan komponen biaya terbesar dalam usaha budidaya ikan yang dapat mencapai sekitar 70–80 persen dari total biaya produksi.

Ia juga mengingatkan bahwa pesatnya perkembangan usaha budidaya ikan saat ini telah mendorong meningkatnya kebutuhan pembudidaya ikan terhadap pakan.

Untuk menghilangkan ketergantungan kepada pakan impor, ujar dia, KKP mulai memproduksi pakan dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari bahan lokal.

Selain itu, ujar Slamet, KKP juga menggunakan subtitusi bahan baku pakan yang dapat di produksi secara massal oleh masyarakat lokal.

“Sebagai contoh adalah penggunaan Azolla sp, salah satu tanaman air yang mudah tumbuh dan dibudidayakan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa Azolla memiliki kandungan protein 21–23 persen, sehingga memiliki peluang untuk digunakan sebagai subtitusi pakan ikan,” katanya.

Slamet juga menuturkan bahwa dengan menggunakan Azolla, biaya produksi yang berasal dari pakan yang semula mengambil porsi hampir 70 persen berhasil ditekan menjadi hanya 30 persen.

“Apabila dihitung, maka dengan menggunakan Azolla biaya produksinya hanya Rp4.500, dan ini memberikan selisih dengan harga jual yang cukup tinggi sehingga memberikan keuntungan yang relatif besar,” katanya.

Di samping itu, ujar dia, Azolla juga mudah dan murah untuk dibudidayakan, bahkan bisa mencapai 30 kali lipat per hari, sehingga sangat cocok untuk mendukung usaha budidaya ikan yang mendukung ketahanan pangan seperti budidaya nila, lele, dan gurame. AN-MB 

activate javascript