Slamet Subjakto

Jakarta (Metrobali.com)-

Kemandirian akan menjadi kunci utama dalam peningkatan produksi perikanan budidaya dan peningkatan perekonomian suatu daerah, kata Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Subjakto.

“Perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan, akan mendorong pembudidaya untuk lebih kreatif dan inovatif memanfaatkan sumber daya alam,” kata Slamet Soebjakto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa (30/12).

Selain itu, menurut dia, kemandirian dinilai juga bakal menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar bebas serta memperhatikan lingkungan dalam melakukan usaha perikanan budidaya.

Ia menuturkan, kebijakan KKP menuju perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan, terus digalakkan antara lain melalui swasembada induk dan benih unggul maupun penggunaan bahan baku pangan lokal untuk mengurangi impor bahan baku pakan ikan.

“Gerakan Kemandirian Pakan Ikan Nasional dan swasembada induk dan benih unggul sangat penting untuk dilakukan sehingga kita tidak tergantung dari negara lain untuk mengembangkan usaha perikanan budidaya,” katanya.

Sebelumnya, KKP telah memetakan jalan untuk menuju kemandirian pakan ikan nasional yang saat ini dinilai semakin memberatkan pembudidaya karena masih bergantung kepada pakan impor.

“Sesuai arahan Menteri Kelautan dan Perikanan (Susi Pudjiastuti), saat ini adalah waktunya kita melaksanakan gerakan kemandirian pakan ikan,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Jumat (19/12).

Apalagi, menurut Slamet, pakan dinilai merupakan komponen biaya terbesar dalam usaha budidaya ikan yang dapat mencapai sekitar 70–80 persen dari total biaya produksi.

Ia juga mengingatkan bahwa pesatnya perkembangan usaha budidaya ikan saat ini telah mendorong meningkatnya kebutuhan pembudidaya ikan terhadap pakan.

Untuk menghilangkan ketergantungan kepada pakan impor, ujar dia, KKP mulai memproduksi pakan dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari bahan lokal.

Selain itu, ujar Slamet, KKP juga menggunakan subtitusi bahan baku pakan yang dapat di produksi secara massal oleh masyarakat lokal.

“Sebagai contoh adalah penggunaan Azolla sp, salah satu tanaman air yang mudah tumbuh dan dibudidayakan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa Azolla memiliki kandungan protein 21-23 persen, sehingga memiliki peluang untuk digunakan sebagai subtitusi pakan ikan,” katanya.

Slamet juga menuturkan bahwa dengan menggunakan Azolla, biaya produksi yang berasal dari pakan yang semula mengambil porsi hampir 70 persen berhasil ditekan menjadi hanya 30 persen. AN-MB