Dr. Ketut Mardjana suatu saat di Toya Devasya

TOKOH nasional yang mantan Dirut PT Pos Indonesia dan komisaris di sejumlah perusahaan seperti PT Indocement, Semen Gresik, Tonasa dan PT Perkebunan XI, Dr. Ketut Mardjana merasa terpanggil untuk memajukan Bangli, daerah kelahirannya. Karena sudah purnatugas, saat inilah waktu yang tepat untuk ngayahmengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk memajukan Bangli.

Saat ditemui usai Volcano Run 5 Km di Kintamani Bangli, Sabtu (10/8) kemarin, lulusan S3 di Australia tersebut mengemukakan, potensi Bangli tidak kalah dengan potensi daerah lainnya di Bali. Dia memaparkan, Kintamani sebagai geopark menjadi salah satu destinasi penyedot wisatawan. Selanjutnya Kintamani Barat merupakan agrotourism dengan kebun kopi dan produk holtikultura lainnya.

Wilayah lain yakni Bangli Timur merupakan potensi pertanian dan pariwisata dengan fanorama sungai dan sawahnya. Demikian juga dengan Bangli Barat. “Dengan potensi ini, kami nilai Bangli seharusnya bisa sejajar dengan kabupaten lain di Bali,” tegasnya.

Apa yang harus dilakukan untuk memajukan Bangli? Ditanya begitu, mantan Direktur Keuangan PT Tol tersebut mengungkapkan, semua potensi tersebut harus dibangun berdasar zona dan potensinya. “Pembangunannya tak bisa disamakan,” kata pegawai negeri di Departemen Keuangan yang lahir pada 15 Maret 1951 tersebut.

Dia menilai, pariwisata memang bisa menjadi cor bisnis atau pembangunan di Bangli. Turism bisa menjadi pokok sementara yang lain mengikuti seperti pertanian, industri dan sebagainya.

Dengan potensi besar yang dimiliki, Mardjana menilai pembangunan yang dilakukan saat ini belum maksimal. Terbukti saat ini, banyak SDM Bangli yang harus mencari pekerjaan ke luar Bangli.

Dengan strategi yang pas, Ketua PHRI Bangli tersebut meyakini Bangli bisa maju dan mampu menyiapkan lapangan kerja dan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Dia mencontohkan pengelolaan Toya Devasya. Dengan sentuhan kecil saja, potensi air panas mampu merekrut 250 tenaga kerja. Jumlah ini belum termasuk tenaga harian yang bekerja untuk Toya Devasya.

Keberhasilan pembangunan di sebuah daerah, katanya, tak lepas dari leader atau pemimpinnya. Pemimpin yang bagaimana? Tentu saja pemimpin yang transformasional yang menghayati kewirausahaan, sosial politik, budaya dan mampu melakukan perubahan. “Harus berubah, jangan status quo,” ujarnya.

Perubahan yang dimaksud adalah perunahan sesuai kebutuhan sehingga mampu menjadi role model. “Pemimpin harus berani mengambil keputusan walaupun sangat tidak populer namun muaranya untuk kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Dengan kiat dan strategi yang dimiliki, apakah tidak berniat untuk mencalonkan diri sebagai Bangli Satu? Ditanya seperti itu, Mardjana pun menjawabnya secara tegas. Menurutnya, jika memang dikehendaki oleh masyarakat, dia siap untuk ngayah. “Kami akan siap jika memang masyarakat menghendaki,” ujarnya. SUT

Editor : Hana Sutiawati