Ketut Mardjana, owner  Toya Devasya saat diwawancarai di Kolam Permandian Toya Devasya, Minggu (9/6).
 
EKSISTENSI atau nasib sebuah destinasi wisata sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Tanpa banyak pungutan, diyakini destinasi akan banyak memperoleh kunjungan baik oleh wistawan domestik maupun mancanegara.
Hal ini dikemukakan Ketut Mardjana, owner salah satu objek wisata populer di Kintamani, Minggu (9/6) kemarin. “Tanpa banyak pungutan, objek wisata akan mampu bersaing dari sisi tarif. Dengan begitu, wisatawan pun akan berdatangan,” tegas mantan Dirut PT Pos Indonesia tersebut.
Pemerintah, tegasnya lagi, cukup fokus di pajak.  Dengan banyaknya wisatawan datang, Mardana yakin pajak yang dihasilkan akan melonjak dan setoran ke pendapatan asli daerah (PAD) pun akan meningkat.
Jika banyak pungutan, katanya, belum apa-apa calon wisatawan sudah merasa terbebani. Dengan begitu, ada kemungkinan, calon wisatawan tersebut melirik destinasi lain.
Cukupkah sampai di sana? Ternyata belum. Pemerintah perlu mendukung destinasi dengan infrastruktur berupa jalan. Tanpa akses infrastruktur yang baik, destinasi wisata akan ditinggalkan.
Mardjana pun memberikan apresiasi kepada Pemkab Bangli yang telah membangun fasilitas jalan dari Penelokan menuju Toya Bungkah di Kintamani. “Jalan di sana sebelumnya sangat sempit, sehingga kemacetan tak terhindarkan. Sejak pembangunan jalan, arus lalu lintas lancar dan angka kunjungan pun meningkat drastis.
Pembangunan ke depan tak cukup hanya pada jalan. Mardjana berharap, pemerintah mulai membangun fasilitas informasi dan komunikasi (IT) dengan lebih baik. Dia mencontohkan internet harus makin lancar dan lebih baik karena bisnis kawasan banyak dilakukan secara onlinesehingga peran internet ke depan begitu vital.
Saat ini, angka kunjungan ke objek wisata yang dikelolanya melonjak hingga 2.300 orang per hari. “Angka ini sangat melonjak dibandingkan periode sebelumnya,” tegasnya.
Setelah kebijakan, katanya, pengelola objek pun perlu mendesain secara kreatif objek wisata sesuai dengan kebutuhan calon wisatawan. Misalnya penyiapan spot-spot selfi yang menarik. “Ini akan menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan,” katanya.
Secara umum, katanya, produk yang akan dijual selain dibutuhkan juga bisa beragam. Dengan banyak produk menarik, wisatawan diyakini akan tertarik untuk menikmatinya. Yang lain adalah price atau harga. “Ya kalau objeknya biasa-biasa saja jangan mahal-mahallah,” katanya.
Selanjutnya palace atau tempat yang menarik, person atau pengelola yang profesional, serta promosi. “Promosi menjadi sangat penting agar produk atau destinasi yang dikelola bisa diketahui masyarakat dunia,” katanya. 
Editor : Hana Sutiawati