Foto: Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto.

Denpasar (Metrobali.com)-

Pintu pariwisata Bali bagi wisatawan mancanegara (wisman) telah dibuka sejak 14 Oktober lalu yang ditandai dengan dibukanya penerbangan internasional di Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar, namun ekspetasi publik Pulau Dewata tidak sesuai harapan.

Mendekati sepekan, nyatanya kunjungan turis asing ke Bali masih minim. Namun kondisi ini tak lantas membuat elemen masyarakat Bali khususnya juga pelaku pariwisata berkecil hati.

Asa pariwisata Bali kembali bergeliat masih terus berkobar. Peluang kembali meraup dolar dari sektor unggulan Bali ini masih terbuka lebar. Optimisme itu juga disampaikan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto.

“Pintu Bali sudah dibuka untuk wisman tapi yang datang belum banyak. Itu bisa kita pahami, karena semua butuh proses. Yang penting pemerintah dan kita semua di Bali sudah mempersiapkan diri dengan baik dan siap memberikan yang terbaik untuk wisman sambil juga tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat,” kata Adi Susanto, Selasa (19/10/2021).

Pria yang juga sebelumnya merupakan praktisi di bidang hospitality ini, mengakui kebijakan open border internasinal atau dibukanya penerbangan internasional ke Bali sejak 14 Oktober lalu jelas dan sangat nyata memberikan angin segar dan harapan besar bagi masyaraka Bali serta momentum titik balik bangkitnya pariwisata Bali.

“Selama pandemi Covid-19 pariwisata Bali anjlok ke titik terendah, perekonomian Bali hancur. Syukur sekarang ada momentum pariwisata Bali bangkit,” ujar Adi Susanto yang juga mantan Sommelier selama 10 tahun di kapal pesiar Celebrity Cruises ini.

Namun ketika harapan tidak sesuai ekspektasi awal tentu harus ada evaluasi dan pembenahan menyeluruh serta tidak bisa serta merta menyalahkan kebijakan pemerintah. Apalagi serta merta mengkambinghitamkan masa karantina lima hari sebagai salah satu faktor utama yang membuat wisman enggan berlibur ke Bali.

“Awalnya karantina wisman kan diatur delapan hari lalu dipotong jadi lima. Itu sudah cukup ideal, kalau mau dipotong lagi jadi dua tiga hari saya kurang sependapat. Kita harus tetap menjaga keselamatan kita di Bali karena keselamatan dan kesehatan masyarakat Bali jauh lebih penting. Buat apa wisman banyak datang diberikan berbagai kelonggaran tapi jika akhirnya berpotensi jadi kluster baru. Itu tentu akan lebih berbahaya,” papar Adi Susanto.

Pria yang akrab disapa Jro Ong ini pun menyarankan para pelaku pariwisata misalnya pengelola hotel lebih kreatif juga dalam mengemas masa karantina wisman termasuk juga destinasi wisata di Bali harus mampu memberikan daya tarik lebih agar wisman tergoda berlibur ke Bali walaupun harus mengikuti aturan karantina lima hari.

“Buat masa karantina wisman di hotel nyaman, hotel agar kreatif buat aktivitas yang tidak membosankan. Harga paket karantina juga bisa dikemas lebih terjangkau agar tidak terlalu memberatkan wisatawan,” imbuh pria asal Desa Bugbug Kabupaten Karangasem ini.

PSI Bali berharap pemerintah juga terus melakukan evaluasi, menyiapkan berbagai langkah antisipasi dan kebijakan yang lebih strategis untuk menarik kunjungan wisman ke Indonesia khususnya Bali namun tetap konsisten menjaga kesehatan masyarakat dan mempercepat penanganan pandemi Covid-19.

“Kita harus tetap menjaga momemtum bangkitnya pariwisata Bali dan kita harapkan ada konsistensi kebijakan, jangan maju mundur. Jangan sampai juga momentum bangkitnya pariwisata Bali ibarat dibiarkan layu sebelum berkembang,” pungkas Adi Susanto. (wid)