I Gde Sudibya
World Hindu Parisad (WHP), Kamis, 13 Agustus 2020, menggelar Webinar bertema: Tantangan dan Solusi Menghadapi Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Hindu untuk mewujudkan Hindu for Better Life. Di dalam webinar itu muncul berbagai gagasan yang menarik untuk bisa dipakai pandangan dan referensi kehidupan di dalam menghadapi dan menanggulangi Covid-19.
Hindu, untuk lebih akuratnya SANATANA DHARMA: aliran kebenaran abadi ke Alam Raya ( sistem kosmik ), memberikan doktrin kehidupan tentang keseimbangan alam, hukum keseimbangan alam – the law of nature – untuk merawat Alam Raya beserta seluruh mahluk penghuninya: insan-insan manusia, dunia hewan, tumbuh-tumbuhan, dan seluruh partikel ( matters ) alam lainnya.
Jika keseimbangan alam terganggu, timbul beraneka ragam penyakit buat penghuninya dan bahkan krisis alam dan juga krisis manusia. Di Bali kita mengenal gering, gerubug dll.
Pandemi Covid-19 yang diberitakan pertama menyebar di Wuhan Tiongkok, dan menurut para ahli berasal dari virus Kelelawar. Penjelasan sederhananya, karena keseimbangan di Wuhan sangat terganggu, termasuk karena pembantaian kelelawar. Diberitakan kasus pertama Covid-19 di Wuhan, ditemukan di pasar hewan yang memperdagangkan daging Kelelawar.
Dalam perspektif global, emisi Co2 yang tinggi, mengakibatkan kenaikan suhu bumi, yang kemudian berdampak serius terhadap perubahan iklim dengan seluruh konsekuensi yang dibawakannya. Naiknya permukaan laut menimbulkan rob di mana-mana, menipisnya lapisan ozon, penurunan produktivitas pertanian, mencairnya secara cepat lautan es di Antartika dan seluruh dampak yang dibawakannya.
Hindu, Sanatana Dharma menyadarkan umat manusia untuk menghargai, respek dan merawat alam. Svami Vivekananda mengajarkan alam yang dijaga keseimbangannya, aspek/sisi Ketuhanan menjadi nyata – Divinity of the nature -. Dalam ritual keagamaan di Bali, Panca Wali Krama, Eka Dasa Rudra yang mengambil genah ring Bencingah Agung Pura Besakih ( tepatnya: di sisi Barat wantilan Cri Kesari Warmedawa, berdekatan dengan Pura Mrajan Kanginan, di ” bibir ” PURA BASUKHIAN, bermakna NYOMPYA: transformasi rohani Bhuta menjadi Dewa, Bhuta Hita.
Alam Raya tersucikan, divinity of universe, diyakini realitas Tuhan menjadi nyata, dan besoknya umat Hindu Indonesia merayakan hari raya Nyepi dan memasuki Tahun Baru Caka. Pesan moralnya, manusia bukan pusat dari alam – teologi Man Centered, tidak boleh dan tidak bisa sewenang-wenang terhadap alam. Ethos kerja pertanian pada masyarakat Bali menjungjung tinggi etika lingkungan ini.
Pandemi Covid-19 diperkirakan akan membawa paragdima baru kehidupan, yang sangat berbeda dengan paradigma sebelumnya. Hindu, Sanatana Dharma dapat menawarkan dan memberikan inspirasi dalam konteks “Hindu for Better Life”:
TAPA, etika dan spirit pengendalian diri, disiplin diri dalam penegakan protokol kesehatan.
Ekonomi yang berbasis pengendalian diri , self controled economy meminjam istilah Mahatma Gandhi, sebagai pengganti dari ekonomi pelipatgandaan keinginan dan bahkan ekonomi keserakahan – greedy economy – karena paragdima kehidupan yang telah berubah pasca pandemi. Masyarakat Bali mengenalnya sebagai sistem ekonomi sosialisme relegius. Perekonomian yang berbasis spiritualitas, dalam sistem dan penerapannya sarat dengan nilai persamaan, dan juga kaidah keadilan.
Pandemi Covid-19 diperkirakan menjadi pemicu stres dalam kehidupan masyarakat, ajaran Hindu dari Rsi Pantanjali: Astangga Yoga: Yama, Niyama, Asana, Pranayama, Praktyahara, Dharana, Dyana, Samadhi, dapat menjadi rujukan.
Astangga Yoga telah mendunia, lebih dari 7 juta postur Asana dipelajari, dipraktekkan oleh puluhan dan bahkan ratusan juta umat manusia, tanpa membedakan ras  suku  agama dan juga kebangsaan. Yoga yang telah lama Go Global. Astangga Yoga menjadi semakin penting di era baru kehidupan pasca pandemi.
Paragdima baru kehidupan pasca pandemi Covid-19, menyebut beberapa diantaranya: pentingnya keluarga,  kehidupan berbasis kesehatan, respek pada alam, pentingnya iptek dan sejumlah sisi-sisi kehidupan lainnya, yang sangat banyak termuat dalam Upanisad.
Tantangannya adalah kalangan intelektual Hindu menyebarkannya ke masyarakat umum. Mengambil inspirasi dari Amartya Sen  dari Santiniketan India,  pemenang hadiah Nobel ekonomi 1998 dalam mrangkaian ceramahnya di hadapan para ekskutif Bank Dunia, merujuk Upanisad dan cerita-cerita kehidupan ringan pemberi inspirasi yang termuat di dalamnya.
Tentang Penululis 
I Gde Sudibya, Ketua Pusat Kajian Hindu, Ketua Forum Penyadaran Dharma, Denpasar. Pendiri, pengasuh Dharmasala Bali Werdhi Budaya ( Rsi Markandya’ Ashram ), Bukit Tampak Saa Desa Pakraman Tajun, Den Bukit,Bali Utara.