Denpasar (Metrobali.com) –

 

Sejatinya, Dalam intisari Buku ‘Tattwa Upacara Manusa Yajna’ dijelaskan bahwa dimulai sejak awal umat Hindu menikah, hamil, bayi lahir, upacara tiga bulanan hingga menjadi dewasa maka diterangkan bahwa hakekat Tattwa sangatlah bermakna ‘essential’, Dan dalam Tri kerangka dasar agama Hindu menunjukkan pada seseorang untuk mengetahui tujuan yang hendak dicapai (tattwa). Tetapi meskipun mengetahui tujuan tersebut kalau belum ada jalan (upacara), maka seseorang tidak akan pernah sampai di tujuan.

Demikian antara lain ringkasan isi buku “Tattwa Upacara Manusa Yajna” yang ditulis Ketua PHDI Kecamatan Kuta yang juga pemerhati pendidikan Drs. I Nyoman Sarjana, MSi. di sela-sela pertemuan dengan sejumlah tokoh agama dan spiritual, Selasa (10/9/2019) malam di Hotel Praja, Renon Denpasar.

Pertemuan tersebut terkait dengan telah dilaksanakannya peletakan batu pertama pembangunan “Penyawangan” Pura Luhur Medang Kemulan di Desa Pancasari Buleleng, pada Senin (9/9/2019) pukul 09.00 Wita. Pura Medang Kemulan sendiri berpusat di Gresik.

Pada pertemuan itu, Sarjana yang didampingi istri sekaligus memperkenalkan buku yang baru selesai ditulisnya. “Launching buku ini baru akan saya lakukan pada Oktober nanti. Namun mumpung bertemu dengan para tokoh dan spiritual yang sebagian tinggal di luar Bali, maka buku ini saya titipkan lebih awal. Semoga bermanfaat dalam mengisi khasanah kepustakaan nasional,” ujar Sarjana.

Buku setebal 114 halaman yang ditulis secara sederhana dan mudah dipahami terkait mengapa proses upacara-upacara tersebut seyogyanya harus dilalui. Dengan bahasa yang ringkas serta didukung sejumlah daftar pustaka, buku “Meguru Sastra Medasar Bhakti” yang ditulis Sarjana ini menjadi lebih mudah dipahami selain isinya yang lengkap, sesuai kekinian.

Apalagi di halaman depan buku ada sambutan Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta yang pada intinya menyambut positif dan memberi apresiasi atas usaha yang dilakukan jajaran pengurus PHDI Kecamatan Kuta dalam rangka menjalankan fungsinya sebagai majelis agama yang berkomitmen tinggi dalam program pembinaan umat.

“Penerbitan buku ini sangat selaras dengan visi ‘Memantapkan arah Pembangunan Badung berlandaskan Tri Hita Karana menuju masyarakat maju, damai dan sejahtera’, ” ujar Giri Prasta.

Sarjana menambahkan meskipun sudah diketahui tujuannya (tattwa), dan sudah pula ada jalannya (upacara) tetapi bila tata cara berjalan (susila) tidak dilaksanakan dengan baik, maka tujuan agama tersebut juga tidak akan tercapai.

Tiga kerangka dasar agama Hindu ini merupakan suatu konstruksi utuh saling menopang yang dalam praktik kehidupan beragama harus hadir secara bersamaan. “Bilamana ketiga kerangka tersebut sudah terbangun dengan kokoh dan kuat, maka tujuan agama Hindu yaitu ‘moksartham jaghadhita ya ca hiti dharma’ pasti akan tercapai,” ujar Sarjana.

Oleh karena itulah di dalam menjalankan ajaran agama, umat memerlukan tempat untuk bertanya, mendiskusikan tata cara praktik keagamaannya serta mencari solusi dari berbagai kendala yang dihadapinya.
Melalui Upacara Manusa Yajna ini umat memohon kesejahteraan, kerahayuan, serta kemuliaan.

PHDI Kecamatan Kuta memandang sangat penting umat Hindu untuk mengerti makna atau landasan filsafat (Tattwa) di balik upacara Manusa Yadnya tersebut. Hal itu pula yang menjadi salah satu alasan mengapa buku ini diterbitkan.

Pewarta : Hidayat
Editor : Whraspati Radha