Indra Arief Pribadi Jakarta, (Metrobali.com) –

Presiden terpilih Joko Widodo diusulkan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam rentang kecil namun dilakukan bertahap atau beberapa kali dalam jangka waktu tertentu, agar dampak inflasi tidak terlalu tinggi dan pasar dapat melakukan penyesuaian.

Hal tersebut dikemukakan Analis Ekonomi untuk Asia Tenggara dari The Royal Bank of Scotland, Vaninder Singh, pada temu media di Jakarta, Selasa.

Menurut Singh, kenaikan harga BBM sebaikanya tidak bersifat “dramatis” atau kenaikan yang langsung mencapai harga keekonomian.

Rentang kenaikan harga tersebut, menurut dia, perlu dalam skala yang kecil saja, namun dapat dilakukan setiap bulan atau setiap kuartal pada 2015.

Dengan begitu, kata Singh, dampak terhadap laju inflasi tidak akan terlalu tinggi, dan secara langsung dapat menjaga daya beli masyarakat.

“Penyesuaian harga BBM bersubsidi itu tidak membutuhkan skema yang ‘dramatis’, namun lebih baik konsisten,” ujar dia.

Jika kenaikan harga BBM masih dalam skala kecil, lanjut Singh, pemerintah juga tidak perlu mengalokasikan dana yang besar untuk program kompensasi seperti program Bantuan Langsung Tunai.

Dalam pembahasan Rancangan APBN 2015, laju inflasi diasumsikan di kisaran 4,4 persen. Laju inflasi 4,4 persen tersebut tanpa memperhitungkan skema kenaikan harga BBM bersubsidi.

Oleh karena itu, Singh memperkirakan, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, laju inflasi akan berada di 6,5 persen. Untuk inflasi bulanan (month to month), Singh memperkirakan laju inflasi dapat stabil atau berada di 0,5 – 1,0 persen.

Menurut Singh, skema kenaikan harga BBM secara perlahan namun bertahap tersebut pernah diaplikasikan di India, pada 2013.

Singh tidak menyebut usulan besaran kenaikan harga BBM tersebut. Namun, dia menilai, Presiden terpilih Jokowi baru akan menaikkan harga BBM pada 2015, bukan pada sisa waktu Tahun Anggaran 2014.

Dia memperkirakan, jika Jokowi terpaksa menaikkan harga BBM pada 2014, besaran kenaikkan tidak akan lebih dari 10 persen.

“Namun, jika dinaikkan pada 2014 pun, saya pikir tidak akan signifikan ke inflasi, dan juga anggaran pemerintah,” ujar dia.

(Ant) –