Jakarta (Metrobali.com)-

Kementerian Pertanian melalui Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian berencana meningkatkan besaran bantuan paket Unit Pengolah Pupuk Organik menjadi Rp200 juta per paket pada 2015.

Sekretaris Dirjen Prasana dan Sarana Pertanian Abdul Majid di Kabupaten Badung, Bali, Jumat (26/9), menyatakan pada 2014 besaran bantuan untuk UPPO adalah Rp180 juta per paket.

Menurut dia, peningkatan besar bantuan paket UPPO tersebut karena pada tahun depan akan dimasukkan bantuan untuk pengadaan pakan sapi dalam paket tersebut.

“Selama ini para penerima bantuan UPPO mengeluhkan tingginya harga pakan sapi sehingga lama kelamaan sapinya dijual untuk memenuhi biaya pakan,” katanya saat melakukan kunjungan media ke sejumlah petani penerima UPPO.

Paket bantuan UPPO, katanya menjelaskan, terdiri dari 10 ekor sapi, satu unit pengolah pupuk organik dan satu rumah pengolah pupuk organik untuk setiap kelompok tani.

Dengan bantuan tersebut diharapkan petani dapat mengembangkan dan memproduksi pupuk organik untuk dimanfaatkan dalam budi daya pertanian tanaman pangan bagi kelompoknya.

Selain itu, lanjutnya, jika produksi pupuk organik tersebut melebihi kebutuhan kelompok maka mereka dapat menjualnya ke pasaran sehingga mampu meningkatkan penghasilan petani.

Abdul Majid mengungkapkan, biaya yang dikeluarkan setiap petani untuk pakan sapi sebesar Rp10.000 per ekor per hari atau sekitar Rp3 juta sebulan sehingga dinilai terlalu membebani.

“Oleh karena itu pada tahun depan kami akan menambahkan bantuan paket UPPO untuk komponen pakan sapi selama enam bulan atau sekitar Rp18 juta,” katanya.

Dengan bantuan paket pakan ini, menurut dia, diharapkan sapi yang serahkan ke petani dapat berkembang dan tidak dijual lagi.

Sesditjen menyatakan pada 2015 bantuan paket UPPO yang dialokasikan sebanyak 500 paket menurun dari tahun ini sebanyak 800 paket.

Sementara itu Ketua Kelompok Tani Bina Karya Mandiri I Nyoman Antara menyatakan, kelompoknya pada 2013 dipercaya memasok pupuk organik untuk Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung sebanyak 20 ton per bulan guna mendukung program pengembangan padi System of Rice Intensification (SRI).

Sementara itu, lanjutnya, untuk tahun ini kelompok mereka mendapat pesanan guna memasok pupuk organik sebanyak 160 ton.

Sedangkan produk pupuk organik yang dihasilkan kelompoknya pada tahun lalu sebanyak 40 ton karena baru mengawali pengembangan UPPO.

Pada tahun ini, lanjutnya, produksi pupuk organik diharapkan mencapai 220 ton namun hingga September 2014 telah tercapai 180-190 ton.

Nyoman mengakui, kendala yang dihadapi kelompok untuk mengembangkan pupuk organik yakni keterbatasan bahan baku berupa kotoran sapi.

“Dengan sapi sebanyak 32 ekor produksi pupuk yang dihasilkan hanya sebanyak 20-25 ton per bulan,” katanya.

Menyinggung soal harga jual pupuk organik produk kelompoknya, dia menyatakan, sebesar Rp650/kg sedangkan biaya produksi sekitar Rp450/kg. AN-MB