Penumpang di Bandara Ngurah Rai

Jakarta (Metrobali.com)-

Kementerian Pariwisata memperkuat Tim “Crisis Center” untuk mengatasi dampak penutupan bandara akibat erupsi Gunung Raung di Jawa Timur dan Gunung Gamalama di Maluku Utara.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di Jakarta, Sabtu (18/7), mengatakan pihaknya membentuk Tim “Crisis Center” sejak 10 Juli 2015 ketika Gunung Raung mulai erupsi dan berdampak pada penutupan sejumlah bandara.

“Kini kami semakin berupaya memperkuat “Crisis Center” setelah sejak bencana erupsi Gunung Raung di Jawa Timur mengeluarkan abu vulkanik yang mengakibatkan terganggunya penerbangan di wilayah sekitar lokasi bencana,” katanya.

Hal itu kata dia mendesak dilakukan sebab, material erupsi gunung yang berlokasi di tiga kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, Jember itu sudah semakin mempengaruhi penerbangan.

Bandara yang terdampak langsung di antaranya Bandara Ngurah Rai Denpasar, Bandara Internasional Lombok, Bandara Selaparang Mataram, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Notohadinegoro Jember, dan Bandara Juanda Surabaya.

“Kami akan mendirikan pusat-pusat krisis di daerah, terutama yang terkait langsung dengan tertundanya sejumlah keberangkatan pesawat yang berakibat pada wisman dan wisnus. Kami imbau seluruh dinas pariwisata di daerah agar juga siap siaga atasi krisis,” kata Arief Yahya.

Menurut Arief Yahya, masalah paling krusial adalah penanganan terhadap penumpang pesawat yang penerbangannya terganggu, tertunda, atau dihentikannya sementara akibat erupsi.

Termasuk di antaranya menyiapkan akomodasi (penginapan), ketika mereka harus menunggu dalam ketidakpastian.

“Dinas-dinas pariwisata di masing-masing daerah harus tanggap akan masalah ini terutama membantu dalam soal transportasi dan akomodasi,” tegas Arief.

Ia mengajak pemda untuk peduli mengatasi krisis, terlebih karena letusan Gunung Raung dan Gamalama itu, khususnya dalam suasana liburan sekolah (peak season) dan arus mudik Lebaran.

Dampaknya, sejumlah penerbangan tertunda, baik di domestik maupun International, baik Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara International Lombok Nusa Tenggara Barat, maupun Bandara Juanda Surabaya.

Menurut dia, Bali, Lombok, dan Surabaya telah menjadi daerah tujuan wisata yang paling diminati oleh sejumlah wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

Pihaknya memantau sejak terjadi letusan Gunung Raung akhir Juni lalu hingga saat ini, dampaknya terhadap pariwisata Indonesia khususnya di Bali cukup signifikan.

“Kondisi ini diperparah dengan letusan yang terjadi di Gunung Gamalama, Ternate Maluku Utara mulai 16 Juli kemarin,” katanya.

Rencananya, menghadapi dampak letusan yang terjadi di kedua gunung tersebut, Kementerian Pariwisata akan membuat Posko “Crisis Center” bagi penumpang pesawat bekerja sama dengan lembaga terkait seperti pengelola bandara, maskapai penerbangan hingga industri pariwisata akomodasi seperti hotel.

“Bisa jadi bagi penumpang pesawat dari luar negeri akan tertahan lama dan membutuhkan penginapan untuk menunggu, maka posko Crisis Center ini bisa menyalurkan mereka menginap di hotel-hotel dekat bandara untuk menunggu pesawatnya bisa terbang lagi,” jelas Arief.

Posko “Crisis Center” ini dapat mengusahakan potongan tarif menginap yang cukup membantu para penumpang pesawat itu agar tidak terlunta-lunta di bandara, katanya. AN-MB