Ilustrasi-Pertumbuhan-Ekonomi2

Jakarta,  (Metrobali.com) –

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak dalam tren melambat, meskipun ekonomi pada triwulan I-2015 hanya tercatat tumbuh 4,71 persen.

“Ini bukan ‘slower gains’, karena kami sudah melakukan reformasi dalam bidang anggaran dan APBN-Perubahan baru disahkan pada Februari. Memang, pertumbuhan ekonomi masih belum baik tapi tidak melambat,” katanya di Jakarta, Rabu (8/7).

Suahasil menanggapi penurunan proyeksi Bank Dunia dalam laporan ekonomi triwulan terbaru, atas pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sebelumnya 5,2 persen menjadi 4,7 persen pada 2015, yang memperlihatkan adanya tren perlambatan ekonomi karena perlemahan investasi dalam jangka panjang.

Dalam laporan ekonomi triwulan edisi Juli 2015 yang berjudul “Slower Gains” atau kemajuan yang melambat, Bank Dunia mengingatkan pentingnya implementasi belanja infrastruktur yang didukung dengan tetap menjaga defisit anggaran dibawah tiga persen terhadap PDB agar ekonomi tidak maju perlahan.

Suahasil menjelaskan tren perlambatan ekonomi nasional yang berlangsung sejak 2012 terjadi karena adanya tekanan eksternal yang mempengaruhi harga komoditas internasional, padahal Indonesia sangat bergantung dari ekspor yang berbasis sumber daya alam.

“Indonesia pada triwulan satu tumbuh 4,71 persen, tapi bukan ‘slower gains’, karena pertumbuhan melambat di pulau-pulau yang bergantung pada komoditas seperti Sumatera dan Kalimantan. Pertumbuhan Jawa diatas lima persen karena sektor manufaktur berbasis disana,” ujarnya.

Pemerintah kemudian berupaya merespon perlambatan ekonomi yang terjadi akibat ketergantungan ekspor komoditas dengan memberikan porsi anggaran lebih dalam belanja infrastruktur agar sektor investasi dapat memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Upaya perbaikan ekonomi Indonesia telah mendapatkan pengakuan internasional antara lain dari lembaga pemeringkat Standard&Poor’s (S&P) yang menaikkan peringkat dari stabil menjadi positif karena keberhasilan melakukan reformasi dalam belanja subsidi energi.

Selain itu, pengakuan lainnya adalah larisnya permintaan para investor atas penerbitan obligasi valas Indonesia antara lain dari Global Bond, Global Sukuk dan SUN domestik berdenominasi dolar AS yang menunjukkan adanya kepercayaan atas pengelolaan utang Indonesia.

Suahasil mengatakan respon positif dari pelaku pasar keuangan internasional, ditambah penyerapan belanja pemerintah yang benar-benar efektif berjalan untuk sektor infrastruktur pada semester II-2015 bisa meningkatkan perkiraan angka pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5,2 persen.

Untuk itu, ia menyakini tren perlambatan pada semester I-2015 tidak akan terjadi lagi, karena ekonomi makin tumbuh pada semester II-2015, yang didukung oleh percepatan realisasi belanja modal dan penyertaan modal BUMN di berbagai proyek infrastruktur.

“Apa yang kami harapkan adalah pada triwulan satu dan mungkin triwulan dua merupakan bagian paling bawah dari kurva pertumbuhan ekonomi ini (bottom curve). Kami ingin meningkatkan pertumbuhan dengan ‘new logic economy’ di anggaran yang baru,” kata Suahasil.

Pemerintah telah memproyeksikan pada semester I-2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 4,9 persen dan semester II-2015 bisa mencapai 5,5 persen, sehingga outlook pada akhir tahun mencapai 5,2 persen.

Sebelumnya, pemerintah telah merevisi turun pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen, dari asumsi yang tercantum pada APBN-P 2015 sebesar 5,7 persen, setelah pada triwulan I perekonomian nasional hanya tercatat tumbuh 4,71 persen. AN-MB