Kacung Marijan

Jakarta (Metrobali.com)-

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengharapkan film berbasis kebudayaan lebih kuat dan cepat berkembang di dunia perfilman Indonesia sehingga masyarakat luas mengenalnya.

“Kita harapkan melalui AFI (Apresiasi Film Indonesia) ini film berbasis budaya akan lebih kuat lebih cepat lagi berkembang secara luas,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Kacung Marijan usai konferensi pers penyelenggaraan AFI 2014 di Jakarta, Kamis (4/9).

Kacung mengatakan bahwa keterlibatan pemerintah dalam tahun ketiga AFI itu bertujuan untuk memberikan penghargaan sebesar-besarnya pada insan film yang telah bekerja keras terhadap film berbasis budaya di Indonesia.

Dia mengatakan bahwa relatif banyak budaya Indonesia yang belum tergarap dalam film, mulai dari cerita rakyat, suku bangsa, hingga kehidupan masyarakat di Indonesia.

“Belum banyak yang tereksplorasi, kita harapkan semakin banyak film-film itu,” katanya.

Kacung juga berharap pemerintah lebih memfasilitasi film yang merupakan broduk budaya penyampai pesan nilai budaya, kearifan lokal, dan pembangunan karakter bangsa.

“Pemerintah terus mendorong insan atau komunitas kreatif agar terus menghasilkan produk budaya yang sesuai dengan tatanan nilai atau karakter bangsa Indonesia,” katanya.

AFI merupakan salah satu bentuk penghargaan pemerintah kepada insan film yang telah berhasil meningkatkan standar etis, moral, estetis, dan artistik karya film untuk membangun karakter bangsa serta menunjukkan keluhuran budaya Indonesia di mata dunia.

Ajang yang akan digelar di Istana Maimun Medan, Sumatera Utara, 12–13 September mendatang itu memberikan apresiasi berupa Piala Dewantara yang diambil dari nama Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Dalam kesempatan sama, Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) Alex Komang juga mengaku mendorong pelaku industri perfilman untuk terus melahirkan karya kreatif dan mampu menghadirkan film-film unggul yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia.

“Film merupakan industri kreatif yang tidak hanya sekadar menampilkan estetika semata, tetapi juga dapat diberi nilai-nilai untuk membangun karakter bangsa dan membawa perfilman nasional ke pentas dunia dengan karakter khas Indonesia,” katanya.

AFI 2014 merupakan karya kolaborasi antara insan perfilman dan pemerintah, yakni Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Badan Perfilman Indonesia (BPI) yang menjadi penyelenggara AFI ketiga tersebut.

Terdapat tiga kategori penghargaan Piala Dewantara AFI 2014, yakni penghargaan utama, penghargaan inspiratif dan penghargaan khusus yang dinilai oleh sembilan juri yang terdiri atas sutradara, produser, aktor, penggiat film, wartawan, akademisi, budayawan, penulis, dan pengamat film.

Kategori penghargaan utama terdiri atas film panjang bioskop, film panjang nonbioskop, film pendek, film dokumenter, film animasi, dan film anak.

Kategori inspiratif meliputi apresiasi adikarya dan apresiasi adiinsani.

Kategori penghargaan khusus, antara lain sutradara perdana, poster film, film independen pelajar, film independen mahasiswa, komunitas, festival film, lembaga pendidikan, media cetak, dan media noncetak.

Beberapa film yang masuk nominasi, di antaranya Sepatu Dahlan, Sokola Rimba, Toilet Blues, dan Cinto Tabateh Adaik. AN-MB