Wakil Bupati Jembrana I Made  Kembang Hartawan kembali mengunjungi Pusat Penangkaran Penyu Kelompok Kurma Asih yang terletak didesa Perancak Kecamatan Jembrana, Sabtu  sore ( 21/9).

 

Jembrana (Metrobali.com)

 

Wakil Bupati Jembrana I Made  Kembang Hartawan kembali mengunjungi Pusat Penangkaran Penyu Kelompok Kurma Asih yang terletak didesa Perancak Kecamatan Jembrana, Sabtu  sore ( 21/9). Kali ini mengajak keluarganya, Kembang  ingin melihat secara dekat proses penangkaran penyu di Kurma Asih yang sudah berjalan sejak 22 tahun lamanya .

“Saya kira apa yang dilakukan  Kurma Asih   dalam membantu pelestarian satwa dilindungi sudah sangat baik dan patut diapresiasi. Ini contoh yang baik , bersama-sama dengan masyarakat sekitar menjaga satwa langka agar  tidak punah, “kata Kembang usai ikut melepas puluhan tukik ( anak penyu ) di Pantai Perancak.

Tak hanya itu, dengan keberadaan Kurma Asih yang sudah eksis puluhan tahun ini, Kembang Hartawan  juga mendorong desa Perancak  nanti ini bisa fokus mengembangkan Ekowisata. Caranya dengan memanfaatkan sumberdaya alam desa dan meningkatkan nilai warisan sosial budaya desa itu sendiri.

“ Kita ketahui potensi desa Perancak itu luar biasa. Selain Pusat Penangkaran Penyu Kurma Asih, Perancak juga punya hamparan mangrove beserta pantainya yang indah, ada Pura Dang Kahyangan Gede Perancak serta memiliki akulturasi budaya yang unik , karena bersebelahan dengan  Desa Pengambengan yang mayoritas umat muslim, “papar Kembang.

“Dengan dikembangkannya desa ekowisata ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian warga sekitar dan menjadikan desa lebih mandiri dalam membangun kesejahteraan warga desanya,” ujarnya.

Pengembangan potensi desa itu juga disebut Kembang sudah beberapa kali disampaikannya  saat pertemuan dengan jajaran Perbekel se-Jembrana. Dalam berbagai  kesempatan Ia meminta para Perbekel  agar fokus membangun desa berdasarkan kekhasan atau potensi yang dimiliki.

“ Dari potensi desa itu , kita bisa fokus sektor apa yang hendak dikembangkan. Jenisnya bisa bermacam—macam . Tidak hanya wisata, tapi bisa juga perkebunan, pertanian, kerajinan ataupun jasa lainnya. Nah,  untuk desa Perancak ini saya melihat Ekowisata sangat cocok, “ jelasnya.

Disisi lain, I Wayan Anom Astika Jaya, Ketua Kelompok Peletari Penyu Kurma Asih menerangkan kelompoknya telah berdiri sejak tahun 1997. Kurun waktu itu sudah lebih dari 500 ribu tukik berhasil dilepas liarkan kehabitat aslinya.  Dari enam jenis penyu yang hidup di Indonesia , empat jenis dilestarikan disini . Diantaranya penyu hijau, penyu sisik, penyu belimbing dan penyu lekang yang terbanyak.  “ Populasi penyu Lekang memang paling banyak  , karena habitat aslinya memang  hidup di Bali, “ kata Anom.

Disinggung upaya pelestarian , Ia mengatakan pada bulan panas, (januari – september) , pihaknya rutin menggelar patroli tiap malam. Patroli itu  melibatkan masyarakat dipesisir  yang disebutnya  relawan karena telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.   Telur –telur yang sudah dikeluarkan dari induk lalu dibawa ke Kurma Asih untuk ditetaskan. Maksimal enam jam sejak telur penyu diambil dari induknya,  sudah harus dibawa ke Penangkaran Kurma Asih.

Telur-telur yang dipindah sarangkan itu pada kondisi normal dalam waktu  50 hari sudah akan menetas. “ Setelah menetas barulah  kita lepaskan kehabitatnya .  Sebagian memang  ada yang ditahan didalam bak, tapi  maksimal hanya tujuh hari,  setelah itu  kembali dilepaskan . Jadi seluruhnya kita lepaskan tukik-tukik itu  secara bebas kealam liarnya, “papar Anom.

Atas perannya itu , pemerintah menganugerahkan penghargaan Kalpataru dalam di peringatan Hari Lingkungan Hidup 2017,  diserahkan langsung Presiden Joko Widodo.

Terkait dengan pengembangan ekowisata Ia menyambutnya positif. “ Tentunya tidak bisa berjalan sendiri , perlu dukungan semua pihak, utamanya dari pemerintah serta keterlibatan   masyarakat . Karena sejatinya desa Perancak ini potensinya banyak sekali , “pungkas Anom. (Humas Pemkab Jembrana)