Ubud (Metrobali.com)-

Pandemi global COVID-19 telah mengambil alih tahun 2020, memengaruhi banyak aspek baik secara ekonomi, sosial, fisik, atau mental. Setelah harus menunda kedua acara internasional yang sangat ditunggu-tunggu, Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) dan Ubud Food Festival (UFF), Yayasan Mudra Swari Saraswati – sebuah yayasan nirlaba independen di Ubud, Bali – menghadirkan perayaan digital bagi sastra, seni, budaya, dan kuliner, KEMBALI 2020: A Rebuild Bali Festival (KEMBALI20).

Dari 29 Oktober – 8 November, Festival menghadirkan 108 program digital dengan 134 seniman, penulis, cendekiawan, pegiat, seniman, chef, dan enterpreneur dari 16 negara selama 11 hari berturut-turut telah ikut serta mengisi panel diskusi dan percakapan mendalam, lokakarya, peluncuran buku, pertunjukan seni dan musik, pemutaran film, dan demo memasak.

Dalam KEMBALI20, sosok-sosok ternama nasional dan internasional dari bidang sastra seperti Eka Kurniawan, Dee Lestari, Intan Paramaditha, Oka Rusmini, Edwidge Danticat, Kevin Kwan, Avni Doshi tampil berdampingan bersama aktor, produser, sutradara, pegiat perdamaian, arsitek, entrepreneur, penyanyi, stand-up comedian, culinary storyteller, jurnalis, penyiar, dan lainnya, seperti Nicholas Saputra, David Byrne, Etgar Keret, Maya Soetoro-Ng, Jose Ramos Horta, Andra Matin, Susi Pudjiastuti, Kaka Slank, Sakdiyah Ma’ruf, Ade Putri Paramaditha, Kritikha Varagur, Richard Fidler, Andrea Cote Botero, dan masih banyak lagi.

“Kami bangga telah mendukung penulis, seniman, jurnalis, dan seniman Indonesia selama perjalanan berliku dalam satu tahun ini,” kata Pendiri dan Direktur Festival, Janet DeNeefe. “Kami sangat senang dapat berbagi Festival digital pertama kami yang memiliki deretan program yang paling beragam ini dengan Anda semua. Ini merupakan perjalanan belajar yang luar biasa.”

KEMBALI20 menyoroti pentingnya sastra dan penuturan cerita dalam memahami dan menghadapi perubahan sosial. Berbagai perspektif dibagikan dalam diskusi seputar permasalahan dunia yang paling mendesak seperti ketidaksetaraan selama krisis, lingkungan, ras dan diskriminasi, hingga feminisme dan hak asasi manusia.

KEMBALI20 menampilkan beberapa agenda yang menjadi sorotan, termasuk penyerahan Lifetime Achievement Award kepada penyair dan cendekiawan ternama Toeti Heraty dalam Virtual Gala Opening, pada Rabu (28/10/2020). Ada pula peluncuran Stories from the Field, seri film dokumenter yang diproduksi oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati atas dukungan donatur, menghadirkan cerita-cerita menarik dari pertanian, pusat pembelajaran, industri rumah tangga dari seluruh penjuru pulau Bali. KEMBALI20 juga menampilkan Tribute to Sapardi: Namaku Sita, di mana seniman asal Bali Dewa Ayu Eka Putri merepresentasikan puisi terakhir yang pernah dibacakan oleh almarhum penyair legendaris Sapardi Djoko Damono untuk Ubud Writers & Readers Festival dalam tarian indah.

Festival digital ini meluruhkan batas imajiner antara Timur dan Barat, antara ras, warna kulit, dan kepercayaan, dan menyampaikan pesan penting mengenai ketahanan dan kelangsungan hidup manusia. Program Festival yang selalu dinantikan, Poetry Slam, diadakan secara virtual dan diikuti oleh penyair dari Indonesia, Amerika Serikat, dan sekitarnya, yang ikut berpartisipasi dari rumah mereka masing-masing. Susi Pudjiastuti, salah satu figur penting di industri perikanan Indonesia, dapat memasak secara virtual bersama chef internasional, Bart van Olphen, sembari keduanya juga berbincang seputar penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, dengan dukungan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat, KEMBALI20 juga mampu menghadirkan kembali Satellite Program dalam bentuk digital, berkolaborasi dengan komunitas sastra di Ambon, Malang, dan Medan.

KEMBALI20 menjadi perayaan terpenting tahun ini seni kreatif dan kekayaan kuliner Indonesia. Festival menyambut 10.926 pengguna situs web selama tanggal penyelenggaraan Festival hingga sebulan setelahnya, di mana pengguna situs web masih dapat berdonasi untuk mendapatkan akses menonton KEMBALI20. Sepanjang tahun ini, Yayasan Mudra Swari Saraswati memiliki beberapa program penggalangan dana di bawah Yayasan Patron Program, yang salah satunya merupakan penyelenggaraan KEMBALI20. Dari Juli hingga Desember, Yayasan telah menerima Rp166.900.000 dari 524 donatur.

Dari donasi yang telah terkumpul, sebesar Rp50.000.000 digunakan untuk memproduksi seri film dokumenter Stories from the Field dan Rp10.000.000 digunakan untuk membiayai pemutaran perdananya secara langsung di Festival Hub – Taman Baca, Ubud. Donasi sebesar Rp19.000.000 juga mendukung biaya produksi program-program kesenian KEMBALI20 yaitu Tribute to Sapardi: Namaku Sita, Ubud Dancing, dan Poetry and Dance. Sementara itu, Rp7.600.000 digunakan untuk memproduksi lokakarya KEMBALI20 dan Rp53.800.000 untuk memproduksi video beberapa Main Program KEMBALI20 yang menghadirkan penulis-penulis asal Bali maupun yang berbasis di Bali seperti Oka Rusmini, Kadek Sonia Piscayanti, Valiant Budi, dan lainnya. Nantinya, sebesar Rp20.000.000 akan digunakan untuk agenda kurasi program Indonesian Emerging Writers pada bulan Februari 2021.

Melanjutkan misi dalam membangun kembali dan merevitalisasi Bali, masing-masing Rp1.500.000 didonasikan kepada Yayasan Gaya Dewata, sebuah yayasan nirlaba berbasis komunitas yang menyediakan pendidikan HIV/AIDS dan program pemberdayaan untuk komunitas LGBTAQ+ di Bali, Yayasan Akar Cinta Kasih, sebuah Yayasan nirlaba yang menyediakan program perawatan dan dukungan bagi anak-anak dengan HIV di Bali, dan Yayasan Kasih Peduli Anak, sebuah yayasan nirlaba yang memberikan perawatan dan pendidikan bagi anak-anak jalanan Bali. Selain itu, Rp2.000.000 didonasikan kepada Friends of National Parks Foundation, sebuah yayasan nirlaba konservasi yang berbasis di Bali, yang bertujuan untuk melindungi satwa liar dan habitatnya serta mendukung masyarakat setempat.

“Kami bangga dengan apa yang telah kami capai tahun ini dengan dukungan luar biasa dari keluarga dan pendukung Festival kami, dan kami sangat antusias dengan apa yang dapat kami capai dengan inisiatif kami berikutnya, bersama-sama,” lanjut Janet DeNeefe.