Keluarga Angeline, Kembali Tolak Simpati Menteri

Denpasar (Metrobali.com) –

Kepala Lingkungan Kebon Kuri, Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur Ketut Sutapa mengaku keluarga Angeline sudah mulai tertutup saat kasus Angeline mulai mencuat ke berbagai media. Ia mengaku sangat malu saat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN) Yuddy Chrisnandi sehari sebelumnya ingin menyambangi rumah Angeline namun ditolak pihak keluarga.

Penolakan yang sama juga dilakukan saat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembesi mengunjungi rumah korban yang ada di Jl Sedap Malam No 26 Denpasar, Sabtu (6/6).

“Semua orang sudah tahu ini ada kasus hilang anak. Pihak keluarga bukannya menyambut dengan baik agar masalah ini cepat selesai, malah menghindari dan ada kesan menutup-nutupi masalah. Kalau begini caranya, bisa dicurigai macam-macamnya,” ujarnya.

Pihaknya berjanji akan membuka secara paksa rumah, bila keluarga tidak kooperatif. “Kita tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi di lingkungan kami. Kami ingin semuanya berjalan baik-baik dan normal,” ujarnya. Dalam menyambut kedatangan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembesi, pihaknya mengerahkan 20 pecalang Desat Adat untuk mengamankan rumah Angeline selama ada pejabat negara datang.

Ia mengaku sebelumnya sudah menelpon pihak keluarga agar rumahnya dibuka karena ada tamu negara datang. “Tadi kami sudah komunikasi melalui telpon. Awalnya Ibu Margareth menolak untuk menerima menteri. Tetapi saya paksa kalau tidak menerima saya akan buka paksa. Akhirnya ia mengutus anaknya bernama Kristine untuk datang menerima kedatangan rombongan menteri. Namun sampai menteri datang tidak ada pemilik rumah,” ujarnya. Ibu Margareth mengaku tidak mendapatkan koordinasi dari pihak kepolisian atau aparat keamanan.

“Dia (ibu Margareth) mengaku tidak ada koordinasi dengan pihak kepolisian. Namun saya katakan, sebagai kepala lingkungan saya menjamin semuanya akan baik-baik saja,” ujarnya.

Menurut Sutapa, keluarga tersebut sebelumnya sangat terbuka. Semua orang bisa datang ke rumah. Mereka juga aktif di berbagai kegiatan sosial lainnya. Rumahnya pun sangat bersih sebelum suaminya meninggal dunia. “Kita juga kaget, sekarang rumahnya penuh dengan ayam. Kotoran ayam tersebar dimana-mana. Belum lagi ada banyak anjing dan kucing. Rumahnya sangat kotor,” ujarnya.

Menteri Yahona juga akhirnya gagal bertemu ibu angkat Angeline bernama Margaretha karena yang bersangkutan tidak ada di rumahnya Jalan Sedap Malam 26 Sanur Denpasar.

“Saya heran, semalam sudah janji ketemu saya. Sekarang malah tidak ada,” ujarnya. Oleh satpam, Menteri Yohana dipersilakan masuk melihat sepintas kondisi rumah Angeline yang dipenuhi banyak hewan seperti ayam, burung dan anjing itu. Satpam  Dewa Ketut Raka memberitahukan sejak Jumat 5 Juni 2015 malam, Margaretha tidak pulang ke rumah. Gagal bertemu dengan keluarga siswi SD kelas 2 SD 12,Sanur itu, Yohaona terlihat kecewa dan menyesalkan sikap keluarga Angeline.

“Harusnya ada kunjungan menteri, keluarga menemui, tidak boleh seperti itu, tidak ada di rumah. Apalagi, kedatanganya guna mendengarkan ihwal hilangnya Angeline, dengan harapan bisa diketahui secara jelas permasalahanya dan bersama-sama mencari keberadaan bocah usai 8,tahun itu. “Anak hilang itu bukan main-main  apalagi sudah lama hilang, tidak boleh main-main,  keluarga harus ikut bertanggungjawab,”,imbuhnya.

Setelah gagal menemui keluarga Angeline, Yosonna menutuskan untuk melihat sekolah tempat bocah itu menimba ilmu di SD 12 Sanur.

“”Saya juga akan minta penjelasan Kapolsek dan Kapolresta Denpasar untuk mengetahui sejauh mana upaya pencarian untuk menemukan Angeline,” demikian Yohana.SIA-MB