Martono

Bangli (Metrobali.com)-

Keluarga Besar Jero Wacik yang berada di Banjar Batur Tengah Kota, Desa Batur Tengah, Kintamani, Kabupaten Bangli, akan terbang ke Jakarta untuk menemui Jero Wacik.

“Kita tengah rembukkan dengan keluarga. Nanti mungkin perwakilan keluarga saja 2 atau 3 orang yang berangkat ke Jakarta menemui Pak Jero Wacik,” kata keponakan Jero Wacik, I Nengah Martono saat dihubungi, Jumat 5 September 2014. 

Keluarga, sambung Martono, juga akan menggelar doa dan persembahyangan meminta petunjuk Tuhan Yang Maha Esa soal kasus yang membelit Jero Wacik. “Ya, kita berdoa, memohon doa restu agar Pak Jero Wacik diberi kelancaran menghadapi ujian ini,” katanya.
Doa restu dulu.

Martono masih tak habis pikir atas dugaan tindak pidana korupsi dan pemerasan yang ditujukan pada pamannya itu. “Kami masih kaget tak masuk logika sampai sekarang. Beliau tidak pernah bergaya hidup mewah, sederhana sekali. Tidak punya rumah di Bali selain peninggalan orangtua,” katanya.

Martono pernah melihat rumah lumayan bagus yang ditayangkan di televisi dan disebut-sebut jika itu milik Jero Wacik. “Mohon diluruskan, itu rumah misan beliau. Rumah Pak Jero Wacik yang di atas, rumah tua peninggalan orang tua,” papar Martono.

Hingga usai menjabat menteri, Martono melanjutkan, Jero Wacik tak pernah berupaya memperkaya keluarga atau nepotisme. “Kami tidak ada yang jadi apa-apa. Keluarga beliau hanya tukang parkir, ada yang jadi buruh petik. Saya sendiri penjual kain. Tidak pernah beliau berusaha nepotisme,” ucapnya.

Jero Wacik, katanya, begitu disegani di kampung halamannya. Apalagi, Jero Wacik merupakan pendeta Hindu di Pura Desa yang disematkan sejak ia kecil. “Tidak pernah beliau macam-macam. Beliau disegani di (Desa) Batur. Agak aneh bagi kami kalau disebut memeras begitu,” tutup Martono. JAK-MB