Seorang polisi menjaga jalan saat para pengunjuk rasa menggelar demonstrasi menentang RUU Ekstradisi yang kontroversial di luar kantor pemerintah di Hong Kong, 12 Juni 2019. (Foto: AFP)

Kelompok-kelompok pendukung China menarik “Lennon Walls” dari pesan-pesan protes anti-pemerintah di seluruh Hong Kong pada hari Sabtu (21/9). Aksi tersebut meningkatkan kemungkinan bentrokan dengan para pendukung demokrasi.

Dinding-dinding itu dinamakan Lennon Walls karena mengadopsi Dinding John Lennon di Praha yang dikuasai komunis pada 1980-an. Dinding-dinding tersebut ditutupi dengan lirik Beatles dan pesan-pesan mengenai politik.

Menurut berita yang dilansir Reuters, pada pertengahan pagi, lusinan pendukung Beijing mulai merobohkan mosaik-mosaik besar berisi catatan-catatan penuh warna yang menyerukan demokrasi dan mencela campur tangan China di bekas jajahan Inggris tersebut.

Instalasi yang disebut dengan Lennon Walls ini telah berkembang di sejumlah tempat di Hong Kong, seperti pusat keuangan Asia, di halte bus dan pusat perbelanjaan, di bawah jembatan dan di sepanjang trotoar pejalan kaki.

Mereka juga sesekali menjadi hot spot kekerasan di tiga bulan kerusuhan kota.

Seorang legislator kota pro-Beijing, Junius Ho, yang telah menjadi kritikus vokal, telah mendesak para pendukungnya untuk membersihkan sekitar 100 Lennon Walls di sekitar kota pada hari Sabtu.

Namun, dalam sebuah pesan yang diposting Jumat malam di halaman Facebook-nya pada hari Jumat, Ho mengatakan “demi keamanan” Lennon Walls tidak akan dibersihkan, hanya jalanan.

“Kami akan membersihkan lingkungan dengan sikap damai dan rasional,” katanya.

Para pengunjuk rasa anti-pemerintah marah atas campur tangan Beijing pada formula “satu negara, dua sistem” Hong Kong yang memastikan kebebasan tidak dinikmati di daratan, termasuk hak berkumpul dan peradilan yang independen.

China mengatakan pihaknya berkomitmen pada pengaturan “satu negara, dua sistem” dan menyangkal ikut campur. Ia menuduh pemerintah asing termasuk Amerika Serikat dan Inggris, menghasut kerusuhan.

Demonstrasi telah dilakukan selama berbulan-bulan dan cenderung memuncak pada akhir pekan. Seringkali aktivis anti-pemerintah menggunakan topeng dan berpakaian hitam, melemparkan bom bensin ke polisi, menghancurkan stasiun metro, memblokir jalan bandara dan menyalakan api jalanan .

Kadang-kadang, mereka dihadang oleh para pendukung Beijing yang memegang tongkat.

Protes pro-demokrasi juga direncanakan akan dilakukan pada akhir pekan ini. Aksi tersebut diantaranya duduk di stasiun kereta bawah tanah Yuen Long untuk memperingati penyerangan aktivis oleh massa pada dua bulan lalu.

Operator transit kota, MTR Corp, mengatakan akan menutup stasiun kereta api di dekat lokasi potensial protes, termasuk Yuen Long dan Tuen Mun. Hal ini dilakukan untuk alasan keamanan mulai dari sore hari.

Para pengunjuk rasa mengatakan pada hari Jumat bahwa sementara mereka tidak menginginkan kekerasan, mereka akan membela diri jika mereka diserang. [ah] (VOA)