Benghazi, Libya (Metrobali.com) –

Kelompok orang bersenjata menyerang dua studio saluran televisi swasta di Benghazi pada tengah malam, kata beberapa wartawan dan aparat keamanan, Kamis, ketika kekerasan di kota kedua Libya itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.

Serangan itu merupakan yang terakhir dari gelombang kekerasan yang dituduhkan pada eks-milisi pemberontak terhadap media bebas yang meningkat sejak penggulingan pemerintah Muamar Gaddafi pada 2011.

Mereka melancarkan serangan itu sehari setelah 12 anak cedera dalam ledakan bom di sebuah tempat bermain sekolah di kota wilayah timur itu, dimana pemerintah pusat berusaha mengendalikan kelompok-kelompok militan.

Saluran-saluran televisi yang diserang itu adalah Libya Al-Ahrar berpusat di Doha yang pemimpinnya, Mahmud Shammam, menjadi menteri penerangan pada pemerintah pertama pasca-Gaddafi, dan Libya Al-Oula yang berpusat di Kairo.

“Orang-orang bersenjata melemparkan bom Molotov ke kantor televisi, membakar sebuah kendaraan siaran di luar dan memberondongkan tembakan ke studio,” kata wartawan Libya Al-Ahrar, Khadija al-Ammami, yang selamat dalam usaha pembunuhan pada Agustus tahun lalu.

Orang-orang bersenjata juga menyerang studio Libya Al-Oula, kata seorang pejabat keamanan.

Kelompok pengawas media Wartawan Tanpa Batas (RSF) berulang kali memperingatkan risiko ancaman terhadap wartawan oleh eks-milisi pemberontak, khususnya di Benghazi dan juga di ibu kota Libya.

Selasa, orang-orang bersenjata menculik Mohammed al-Sarit, wartawan saluran televisi Al-Assema yang berpusat di Tripoli, dan menahannya selama beberapa jam.

Setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah Muamar Gaddafi, militan di Libya timur menyerang aparat keamanan, warga asing, hakim, aktivis politik serta pekerja media, yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Pada 5 Desember, seorang guru Amerika ditembak mati di Benghazi, 15 bulan setelah serangan mematikan terhadap konsulat AS di kota Libya timur itu.

Korban tewas adalah seorang warga AS yang mengajar di sekolah internasional di kota itu, kata juru bicara badan keamanan Ibrahim al-Sharaa.

Pada hari yang sama, dua prajurit Libya tewas ditembak dalam insiden-insiden terpisah – serangan mematikan terakhir terhadap aparat keamanan dalam beberapa pekan ini.

Pada 28 November, tiga prajurit tewas ketika militer bentrok dengan militan Ansar al-Sharia pada hari terakhir pemogokan tiga hari untuk memprotes keberadaan milisi di kota itu.

Dalam serangan lain pada hari itu, orang-orang bersenjata yang naik sebuah kendaraan memberondongkan tembakan ke arah dua prajurit ketika mereka memasuki sebuah mobil setelah meninggalkan kafe, menewaskan satu orang.

Dewan kota Benghazi mengumumkan pemogokan tiga hari setelah patroli militer diserang di dekat markas Ansar al-Sharia, kelompok militan yang dituduh bertanggung jawab atas serangan terhadap misi AS pada 2012.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu.

Militan yang terkait dengan Al Qaida menyerang Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar AS untuk Libya, Chris Stevens, dan tiga warga lain Amerika pada 11 September 2012.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Muamar Gaddafi. (Ant/AFP)