Kelas Kreatif_Yoga Prabhawita

Gede Basuyoga Prabhawita

Gianyar (Metrobali.com)-

Melanjutkan rangkaian Kelas Kreatif Bentara dalam bidang film, kali ini digelar lokakarya “Menulis Naskah Film” bersama Gede Basuyoga Prabhawita. Program ini berlangsung Sabtu (26/08) pukul 18.30 WITA di Bentara Budaya Bali (BBB), Jl. Prof. Ida Bagus Mantra No.88A, bypass Ketewel, Sukawati, Gianyar.

Pada Kelas Kreatif Bentara terdahulu telah dibahas mulai dari soal Mata Kamera, Seni Peran, Resensi dan Kritik Film, Penyutradaraan, Scoring hingga HAKI dalam Sinema. Narasumber yang pernah mengisi Kelas Kreatif inipun adalah sosok-sosok mumpuni di bidangnya, sebut saja Happy Salma, Garin Nugroho, Putu Kusuma Widjaja, Agung Bawantara, Denny Chrisna, Rai Pendet, Erick EST, Oka Rusmini, Made Adnyana, Gusti Aryadi, dkk.

Memang, kecemerlangan sebuah film ternyata tidak hanya ditentukan oleh aktor – aktris mumpuni, atau arahan sutradara yang piawai, namun juga tidak bisa dipisahkan dari keberadaan sebuah skenario. Bahkan diyakini, skenario yang unggul memiliki kontribusi yang signifikan, membuat cerita film tersebut dapat diresapi dan diterima oleh publik luas.

Upaya menghadirkan skenario yang unggul tersebut menjadi fokus Kelas Kreatif Bentara kali ini. Gede Basuyoga Prabhawita akan berbagi pengalamannya dalam menulis skenario film, yang beberapa di antaranya berhasil meraih penghargaan.

Film berjudul “Pilihanku”, yang naskahnya ia tulis, meraih sejumlah penghargaan antara lain Film Terbaik Salam Award ke I ISI Surakarta (2011), Film Terfavorit Salam Award I ISI Surakarta (2011), Nominasi Tarung Solo Festival Film Solo (2012), Nominasi Salatiga Film Festival (2012). Ia juga menulis naskah untuk video “Menebar Kasih Menuai Cinta” yang meraih Juara 1 Kontes Video Iklan Layanan Masyarakat “Great Love Award” tahun 2016 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

“Kini kiat-kiat menulis skenario film bisa dengan mudah kita peroleh dari buku ataupun internet. Namun tidak jarang justru menimbulkan kebingungan, sebab ada begitu banyak cara yang dipaparkan. Tapi menurut pandangan saya, tidak ada klaim teknik mana yang benar maupun yang terbaik, karena setiap individu memiliki cara tersendiri dalam proses berkarya. Bagi saya pribadi, hal pertama yang dibutuhkan untuk membuat skenario adalah sasaran,” ungkap pria kelahiran Denpasar, 15 Desember 1989 ini.

Ia berpendapat, untuk bisa menjadi seorang penulis skenario tidak dapat dilakukan secara instan. Selain soal bakat, menulis skenario juga berhubungan erat dengan minat, pengetahuan, pengalaman, dan kemauan keras. “Mulailah berangkat dari hal kecil di sekitar kita dan membiasakan diri peka terhadap isu, “ ujar Gede Basuyoga. Ia menyelesaikan studi S-2 Penciptaan Film di ISI Surakarta dan kini merupakan salah satu dosen di Jurusan Film dan Televisi ISI Denpasar.

Program Kelas Kreatif Bentara digelar dengan upaya transfer of knowledge atau perluasan kesadaran akan pengetahuan. Sebelumnya juga sempat diadakan Kelas Kreatif dengan program pembekalan tentang Penyutradaraan, Resensi Seni & Kritik Film, Scoring dan Haki dalam Sinema. Selain itu, kelas jurnalistik, fotografi, penulisan kreatif serta workshop menyangkut kuratorial serta manajemen produksi pula telah digelar.

“Program ini diadakan secara berkala. Tujuannya untuk mendorong lahirnya para kreator-kreator muda yang lintas bidang serta siap berkolaborasi untuk melahirkan buah cipta yang cemerlang” ungkap Putu Aryastawa, selaku staff Bentara Budaya Bali.

Sedini awal tahun 2012, rangkaian kelas kreatif telah dimulai dalam bentuk lokakarya di berbagai bidang, semisal fotografi bersama M. Bundhowi, Ida Bagus Putra Adnyana, Ida Bagus Andi Sucirta, dll; teater bersama Abu Bakar, Kaseno, Iswadi Pratama, Eugenio Barba, Julia Varley, Godi Suwarna, Wawan Sofwan, Sahlan Mutchaba, Heliana Sinaga, Cok Sawitri, Putu Satria Kusuma dll; tari bersama I Nyoman Sura, Ni Luh Menek, Ni Ketut Arini, dll; jurnalistik bersama Maria Hartiningsih; workshop penulisan feature (berita kisah) dan fiksi (cerpen) bersama Putu Fajar Arcana; dan workshop penulisan esai dengan Arif Bagus Prasetyo. RED-MB