Bangli (Metrobali.com)-

Sebuah keluhan soal ketidaknyaman yang dialami seorang guide yang membawa wisatawan ke Toya Bungkah, Kintamani muncul di laman grup facebook bernama Suara Badung. Sebuah akun dengan nama Nanoex Bali mengeluhkan situasi ketidaknyamanan yang dia sebut sebagai penodongan yang dilakukan oleh seorang oknum di lokasi wisata Toya Bungkah. Oknum tersebut meminta secara paksa komisi yang didapatkan oleh guide freelance bernama Nanoex Bali tersebut. Persoalan semakin melebar karena sang oknum tersebut menyebutkan bahwa apa yang dia lakukan tersebut sudah seijin pemilik Toya Devasya. Bagi kalangan wisatawan nama Toya Devasya tentu sudah tidak asing karena selalu menjadi rujukan bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Kintamani. Di akhir keluhannya, pemilik akun Nanoex Bali tersebut meminta penjelasan pihak terkait terutama Toya Devasya. Akun Nanoex Bali menyebut ketidaknyamanan yang dialami dirinya sebagai aksi premanisne karena jika tidak diberikan komisi tamu kepada oknum tersebut maka si guide akan dicegat di jalan.
Kejadian yang dialami guide wisatawan tersebut tentu membangkitkan kembali memori masa lalu akan pengalaman ketidaknyaman wisatawan di lokasi wisata Kintamani. Cerita-cerita pengalaman buruk wisatawan yang dipalak di tengah danau saat akan menyeberang ke lokasi wisata Terunyan. Kisah wisatawan tidak mengenakkan wisatawan yang dipalak saat mendaki Gunung Batur atau trekking di seputar kawasan kaldera Batur. Para pemangku kepentingan mulai dari pemerintah daerah, asosiasi pariwisata, pelaku usaha pariwisata, aparat keamanan, aparat desa dan masyarakat desa harus berjibaku puluhan tahun mengikis image negatif kawasan dan masyarakat Kintamani.
Menanggapi keluhan guide freelance di media sosial yang membawa wisatawan ke Toya Bungkah dan mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari oknum di lokasi wisata Toya Devasya. Pihak Toya Devasya dengan sigap memberikan klarifikasi demi menjaga nama baik mereka sebagai destinasi yang menjadi favorit wisatawan serta memberi kontribusi ekonomi kepada masyarakat sekitar. Dalam klarifikasinya tersebut pihak Toya Devasya menyatakan bahwa tidak benar klaim si oknum bahwa pemilik ataupun manajemen Toya Devasya telah memberikan ijin kepada oknum bersangkutan untuk meminta secara paksa komisi yang didapatkan si guide tersebut setelah mengantar wisatawan ke Toya Devasya.
Pihak Toya Devasya juga menyatakan bahwa mereka selalu menjaga hubungan baik dengan pemangku kepentingan sektor pariwisata seperti misalnya ajang apresiasi kepada guide dan travel agent. Toya Devasya juga menyatakan bahwa pihak guide dan travel agent telah memberikan kontribusi bagi kemajuan pariwisata Kintamani dengan membawa banyak wisatawan setiap hari ke kawasan wisata Kintamani. Komitmen untuk menjaga kenyamanan serta memberikan pelayanan terbaik juga ditegaskan oleh pihak Toya Devasya bekerjasama dengan para pemangku kepentingan sektor pariwisata terkait.
Keberadaan Kintamani termasuk wilayah Toya Bungkah dimana Toya Devasya berada adalah destinasi tujuan wisata (DTW), serta dikenal dengan kawasan Geopark Baturnya yang telah dikenal dunia dan diakui UNESCO sehingga perlu dijaga oleh berbagai pemangku kepentingan sektor pariwisata. Setelah masalah perawatan fasilitas Museum Geopark Batur, serakan sampah plastik yang dikeluhkan wisatawan, kini kawasan wisata Kintamani dihadapkan pada perlakukan tidak mengenakkan oknum di lokasi wisata Kintamani. Kintamani sebagai destinasi tujuan wisata utama kabupaten Bangli tentu saja perlu mendapat perhatian para pemangku kepentingan. Kontribusinya pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) kabupaten Bangli, serta namanya yang mendunia tentu saja ikut mendongkrak nama daerah dimata wisatawan.

BOD-MB