Mangupura (Metrobali.com)-
Pada Buda Umanis Julungwangi, Rabu (9/10), krama Banjar Buangga, Desa Getasan, Petang Badung melaksanakan karya piodalan Jaba Jero (Jelih) melaspas peselang, pepelik dan gedong sari di Pura Dalem Buangga. 

Karya yang berlangsung tiga hari tersebut dipuput pemangku pura setempat. Hadir Bupati Badung diwakili Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan Setda Badung, Putu Oka Swadiana, Plt Camat Petang, Gede Sudarwita, Perbekel Getasan Wayan Suwandi, Bendesa Adat Getasan, IGN Dharma Adnyana serta prajuru adat lan dinas Banjar Buangga.

Acara diawali dengan sembahyang bersama dengan krama Banjar Adat Buangga. Bupati Badung dalam dharma wacananya yang disampaikan Oka Suandiana mengajak masyarakat agar senantiasa meningkatkan srada dan bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Baik dalam bentuk fisik maupun spiritual. Pihaknya juga mengaku bangga karena krama Banjar Buangga telah mampu melaksanakan  pembangunan di parahyangan pura Dalem Buangga walaupun secara bertahap. 
“Kami mewakili Pemerintah Kabupaten Badung sangat bangga karena karya sudah berjalan lancar. Mari laksanakan yadnya ini secara tulus dan iklas,” ajaknya.

Oka Swadiana juga berpesan agar krama Banjar Buangga senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan. Hubungan yang selama ini terjalin dengan baik dengan desa-desa lain agar tetap dipelihara. Terlebih-lebih pemedek yang tangkil menghaturkan bhakti di Pura Dalem Buangga tak hanya masyarakat Desa Getasan saja, namun dari berbagai desa di luar Badung.

“Saya harapkan hubungan dan pasemetonan yang selama ini sudah terjalin dengan baik dengan desa-desa yang lain agar tetap dijaga. Apalagi  penyusung (umat) Pura Dalem Buangga banyak dari luar Badung,” kata Oka Swadiana.

Sebagai wujud bhakti dan dukungan Pemerintah Kabupaten Badung atas karya piodalan tersebut, Bupati Badung menyerahkan dana punia sebesar Rp 15 juta.

Sementara itu, Kelian Adat Banjar Buangga, IGN Arnawa menyampaikan terimakasih atas perhatian dan dukungan Pemerintah Kabupaten Badung. Arnawa menyatakan karya piodalan kali ini mengambil tingkatan jaba jero (jelih) dirangkai dengan melaspas peselang, pepelik dan gedong sari yang baru rampung terbangun. Karya sendiri berlangsung selama tiga hari, dimulai dari puncaknya pada Rabu (9/10) dan “nyimpen” hari Sabtu (12/10). TAR-MB