IMG-20160218-WA0037

Made Arya Amitaba

Denpasar (Metrobali.com)-

Meski Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) baru digulirkan Pemerintah, namun BPR yang awalnya memang sudah bergerak di UMKM yang memang “mainannya” menjadikan program KUR yang dikucurkan Bank Umum plat merah tantangan yang mesti disambut BPR kata I Ketut Wiratjana, Ketua Perbarindo Bali di Denpasar, Kamis (18/2). “KUR itu jadi tantangan bagi kami, meski kita tahu KUR itu sendiri masih didominasi bank umum pemerintah, namun saya rasa bagus buat masyarakat,” ujarnya.

Ketika disinggung apakah dengan adanya gelontoran KUR posisi BPR akan semakin terjepit ?. Pemilik salah satu BPR yang lokasinya di Singaraja ia dengan diplomatis mengatakan, mungkin untuk UKM yang baru bolehlah diraup oleh bank umum, namun yang mesti diingat yaitu nasabah lama masih menjadi porsinya. “Posisi BPR masih melekat dihati nasabah lama yang sudah bertahun tahun, meski bunga 9 persen tanpa anggunan tetaplah menggiurkan,” tukasnya.

Kendati demikian Wiratjana hanya merasa heran saja Bank Umum yang terbiasa main di level atas, mesti turun langsung menangani yang kecil kecil. “Yang saya herankan kenapa Bank Umum dengan modal besar ujuk – ujuk turun langsung menggarap yang kecil,” katanya dengan nada bertanya.

Jika Ketua Perbarindo Ketut Wiratjana bahasa yang digunakan masih “berbalut” namun lain halnya dengan Made Arya Amitaba, Direktur BPR Kanti. Dengan lugas ia mengatakan, tidak bisa dipungkiri bunga KUR 9 persen, tanpa anggunan tidak menggiurkan bagi nasabah. “Anggap saja kondisi sekarang BPR dengan tawaran bunga 18 hingga 19 persen, lantas ada tawaran bunga 9 persen, yakin saya nasabah akan berpaling,” tandasnya.

Menurutnya hal yang tidak logis jika masyarakat secara perlahan tapi pasti akan berpindah. Inilah yang nantinya akan menimbulkan persoalan baru bagi BPR. “Perlahan tapi pasti persoalan itu akan datang. Apakah kami bisa bertahan dengan situasi ini, kita lihat saja nanti,” ucapnya dengan bertanya.

Lantas ia mengungkapkan, meski proses KUR itu baru saja digulirkan pemerintah, namun entah bagaimana ceritanya sudah mulai makan korban di pihak BPR. “Teman kita yang ada di Gianyar, Tabanan, bahkan dalam minggu ini kita dengar akan ada lagi yang di takeover oleh bank umum,” katanya prihatin.

Senada dengan apa yang disampaikan Ketua Perbarindo, Amitaba pun sebenarnya mengapresiasi langkah yang dilakukan pemerintah dalam mendorong tumbuh kembangnya UMKM. “Kami hargai langkah pemerintah dalam meringankan beban masyarakat, namun disisi lain jika ini dibiarkan bagaimanapun juga akan jadi permasalahan yang serius bagi BPR, yakin nasabah BPR akan di takeover oleh Bank Umum,” tandasnya.

Ia juga menambahkan, salah satu persyaratan mendapatkan KUR yaitu tidak boleh ada “Double Financing”. Ketika ini terjadi pihaknya meyakini dengan iming iming, nasabah akan berpaling. “Logikanya buat apa ada double Financing, lebih baik cabut aja seakar akarnya,” kata Amitaba dengan nada kecewa.

Kekecewaan jelas terlihat di wajah Direktur yang berpenampilan kalem ini, bagaimana tidak ? Jelas pihaknya mesti menyiasati agar nasabah yang ada selama ini jangan sampai “Lari” ke Bank Umum. “Sayangnya kami tidak dilibatkan dalam proses ini, lambat laun nasabah kami akan tergerus juga,” tukasnya.

Ia tidak menampik kedepannya BPR mesti berjuang lebih keras lagi akibat gempuran berbagai program pemerintah. “Jangan sampai program bagus pemerintah ini disatu sisi menghidupkan perekonomian masyarakat, namun disisi lain justru mematikan usaha yang telah ada. Jangan sampai nanti ada “kanibalisasi” dalam industri keuangan, berat kalo sampai hal ini terjadi” jelasnya.

Namun antara Ketut Wiradjana dan Amitaba sepakat jika apa yang digulirkan pemerintah mampu memacu pertumbuhan ekonomi secara makro toh imbasnya akan mampu dinikmati seluruh lapisan masyarakat, termasuk BPR didalamnya. AW-MB