Denpasar (Metrobali.com)-
Kepala Lingkungan/Kepala Dusun se- Kecamatan Denpasar Barat Kota Denpasar kecewa berat. Kaling/kadus yang diajak mengikui kegiatan pelatihan penanggulangan bencana selama tiga hari di hotel Oranje Denpasar menerima honor hanya Rp 16 perhari atau Rp 50 ribu selama tiga hari. Kegiatan penataran dan pelatihan penanggulangan bencana yang dilaksanakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Denpasar ini dilaksanakan 19 Maret  sampai 21 Maret 2014 mulai dari 07.30-19.30 wita.
Salah seorang Kadus Banjar Pagutan Denpasar Barat yang mengaku bernama Made Sari yang kesehariannya juga berusaha Laundry. Kalau dihitung-hitung penghasilannya sampai Rp 200 ribu per hari. Tetapi saat melaksanaan tugas pelatihan bencana selama tiga hari hanya dikasi honor Rp 50 ribu. “Saya di rumah pak, kerja di Laundry hasilnya bisa mencapai Rp 200 ribu,”ujarnya pada rekan-rekannya se-propesi.
Kekecewaan para kaling kadus tidak bisa dibendung. Kekecewaan para kaling/kadus lainnya itu terungkap setelah menerima honor yang diberikan petugas saat penutupan kegiatan pelatihan penanggulangan bencana tersebut. Para kaling/kadus nampak linglung dan tidak ada semangat ketika melihat honor yang diterimanya selama 3 hari tersebut besarnya Rp 50 ribu. “Tiga hari saya meninggalkan pekerjaan, mengikuti program pelatihan BPBD, honornya Rp 16 ribu per hari,”kata kaling yang tidak mau disebutkan namanya.
Dikatakannya pelatihannya cukup berat apalagi saat praketk di lapangan. Kaling yang cukup vokal ini menyebutkan, memang selama tiga hari tersebut disiapkan kamar hotel di Hotel Oranje tetapi tidak semua kaling/kadus menginap di hotel. Sebab, rumahnya dekat dan semuanya bisa hadir tepat waktu. “Ketimbang bayar hotel mahal-mahal lebih baik kaling/kadusnya dikasi honor lebih dan pantas,”pintanya.
Nilai honor sebesar ini benar-benar tidak layak dan tidak manusiawi. Buruh pasirnya saja bisa mendapatkan lebih dari nilai Rp 16 ribu per  satu kali turunkan pasir. Sementara kaling/kadus harus mengikuti kegiatan sehari penuh dan kalau dihitung pekerja biasa lebih dari 8 jam. Coba dibayangkan pelatihan dari 7.30-19.30 wita honornya hanya dapat Rp 16 ribu. “Apakah ini benar-benar segiu anggarannya atau bagaimana,”katanya dengan nada kecewa  dan minta walikota menelusurinya. ARN-MB