Foto: Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H.

Denpasar (Metrobali)-

Pada peringatan Hari Ibu 22 Desember 2019 ini GTS (Good-Trustworthy-Smart) Institute Bali yang bernaung di bawah KPRK (Koperasi Perempuan Ramah Keluarga) seperti mendapatkan kado spesial.

Pasalnya progam inovasi pengembangan karakter emas calon ayah dan ibu dari GTS Institute Bali mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

GTS Institute Bali masuk peringkat 8 dari 10 besar penerima Penghargaan Inovasi Partisipasi Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

Penghargaan ini diserahkan kepada Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H.,dan penerima lainnya serangkaian Puncak Peringatan Hari Ibu PHI Kawasan Kota Lama, Semarang, Jawa Tengah, 21-22 Desember 2019.

Direktur Eksekutif GTS Institute Bali Dr. A.A.A. Ngurah Tini Rusmini Gorda, S.H., M.M., M.H., mengungkapkan dengan penghargaan ini pihaknya tentu bangga sudah diapresiasi Kementerian PPPA.

“Tapi tujuan kami bukan dapat penghargaan lalu diam. Progam pengemban karakter calon ayah dan ibu benar-benar ingin kami jadikan lembaga non formal mempersiapkan masa depan generasi bangsa,” kata Tini Gorda, Minggu (22/12/2019).

“Progam ini dapat penghargaan atau tidak tetap kami jalankan sebagai seorang ibu yang ingin menawab persoalan anak bangsa 26 tahun ke depan menuju Generasi Emas Indonesia tahun 2045,” tegas Tini Gorda yang juga merupakan Kepala Pusat Studi Undiknas ini.

Tokoh perempuan yang merupakan salah satu dari 50 inspirator nasional di bidang PPPA ini mengatakan kelahiran progam pengembangan karakter calon ayah dan ibu dari GTS Institute Bali erat kaitannya dengan progam “Three Ends” sebagai program strategis Kementerian PPPA.

Pertama, untuk mengakhiri perdagangan perempuan dan anak. Sebab fakta perempuan dan anak masih banyak jadi subjek dan objek. Kedua, mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak. Ketiga, mengakhiri ketidakadilan pada perempuan dan anak.

“Melalui GTS Institute kami ingin selamatkan generasi penerus  bangsa melalui pendidikan preventif dan preemtif siapkan calon ayah dan ibu untuk memutus mata rantai permasalahan anak. Dan kita hanya punya waktu 26 tahun lagi menyongsong generasi emas Indonesia 2045,” kata Tini Gorda yang juga Ketua DPD IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Bali ini.

Lebih Bergaung di Masyarakat

Penghargaan dari Kementerian PPPA ini menjadi motivasi tersendiri bagi GTS Institute Bali mematangkan dan lebih menggaungkan progam pengembangan karakter calon ayah dan ibu ini di tengah masyarakat.

“Sudah diapesiasi akan saya wujudkan impian ini. Harus jadi lembaga yang dibutuhkan dan progamnya dicari semua orang. Sebab sejauh ini belum ada edukasinya bagi calon ayah dan ibu,” ungkap Tini Gorda.

Terkait Penghargaan Inovasi PPPA ini, Tini Gorda berharap nantinya penerima penghargaan ini agar bisa didukung penuh untuk mempercepat eksekusi lima progam prioritas Kementerian PPPA.

Yakni pertama peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan. Kedua, peningkatan peran ibu dalam pendidikan anak. Ketiga, penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Keempat, penurunan pekerja anak. Kelima, pencegahan perkawinan anak.

“Program GTS Institute ini diinisiasi jauh sebelum kami tahu akan ada program Penghargaan Inovasi PPPA ini. Jauh sebelum Kemenko PMK launching sertifikat pra nikah,” pungkas Tini Gorda.

Begini Progam Pengembangan Karakter Calon Ayah dan Ibu

Progam sekolah pengembangan karakter calon ayah ibu GTS Institute Bali ini diperuntukkan bagi kalangan generasi muda, laki-laki dan perempuan (yang bukan calon pasangan maupun yang calon pasangan) guna mempersiapkan mereka menuju jenjang berumah tangga, menjadi calon ayah dan ibu.

Program edukasi ini mencakup sejumlah materi pembelajaran. Yakni tantangan mendidik anak sebelum lahir, keluarga bahagia, proses pendidikan anak sebelum lahir.

Lalu materi tentang kelahiran anak suatu harapan mulia, neuro linguistic programming dan meditasi kesehatan, pengetahuan umum tentang penyakit dan gizi.

Berikutnya yang sangat penting pula adalah  pemahaman pendidikan 1000 hari pertama kehidupan, pengetahuan rumah sehat dan bahagia, pengetahuan masalah hukum. Lalu pengetahuan tentang kepribadian hingga pengelolaan keuangan keluarga yang efektif.

GTS Institute juga progam kesadaran diri generasi emas, progam pengembangan diri, kajian-kajian akademis, memberi layanan psikotes dan layanan konseling pranikah dengan melibatkan sejumlah psikolog.

GTS Institute Bali didukung oleh tenaga pengajar yang memiliki komitmen total terhadap kualitas kesarjanaan penuh serta memiliki pengalaman dan wawasan luas tentang pengetahuan psikologi, komunikasi, obstetri, ginekologi, pediatri, ekonomi, lingkungan, arsitektur dan hukum.

Mulai tahun 2019 ini program pendidikan pengembangan karakter emas calon ayah dan ibu ini juga diimplementasikan di lembaga pendidikan lainnya seperti di SMP Nasional dan SMK Teknologi Nasional di bawah naungan Perdiknas Denpasar hingga di perguruan tinggi STIE Satya Dharma Singaraja.

“Nantinya mereka dapat sertifikat pernah ikuti progam pendidikan karakter calon ayah dan ayah sebagai pendamping ijazah,” pungkas Tini Gorda yang merupakan putri pendiri Perdiknas Prof IGN Gorda (almarhum).

Progam ini juga dilaksanakan di Yayasan Amara Bhawana Sastra (ABSA) yang berlokasi di Banjar Susut Kaja, Desa Susut, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli sebagai laboratorium hidup program-program GTS Institute Bali.

Ini Daftar Penerimaan Penghargaan Inovasi PPPA

Penghargaan Inovasi Partisipasi Masyarakat dalam PPPA Kementerian PPPA ini bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan anak. Kedua, untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam menghasilkan program inovasi.

Ketiga, sebagai bentuk penghargaan kepada program-program inovasi yang diinisiasi oleh kelompok masyarakat. Keempat, untuk membangun database progam-program inovasi.

Kelima, memfasilitasi pertukaran pengalaman antar unit pelaksana. Jadi ada sharing knowledge atau berbagi informasi.

Dari hasil verifikasi di lapangan telah diperoleh 17 inovasi lembaga masyarakat terbaik dalam bidang PPPA kemudian dipilih 10 besar lagi untuk diberikan penghargaan ini.

1. Amrina Habibi, Partisipasi Masyarakat untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Aceh Keumalahayati, Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh.

2. Badriyah, Yayasan Fajar Sejahtera Indonesia (YAFSI), Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3. Laili Zailani, Himpunan Serikat Perempuan indonesia (HAPSARI), Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

4. Susi Handayani, Yayasan Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (PUPA), Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.

5. Tino Yuliati, Kelompok Wanita Tani Bina Sejahtera, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.

6. Yuliatma, Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Tampung Parei, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.

7. Zainal Efendi, Gerakan Jumat Berkah Kotabaru (GJBK) Peduli Anak Yatim, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan.

8. Dr. Anak Agung Ayu Ngurah Tini Rusmini Gorda, Good Trustworthy Smart (GTS) Institute, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

9. Muhammad Nur Ala, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PCNU Bulukumba, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

10. Suhardiyanto, Pusat Kegiatan Belajar masyarakat (PKBM) Jelajah Dunia, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. (dan)