Ilustrasi-Sekumpul Waterfall 

Buleleng, (Metrobali.com)

Terhadap obyek wisata Sekumpul Waterfall, Desa Sekumpul, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang diduga dikelola oleh segerombolan orang, membuat Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Ir, Nyoman Sutrisna,MM menjadi gerah.

Kepada metrobali.com, Iapun dengan tegas menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Bupati (Perbup) Buleleng Nomor 59 Tahun 2017 tentang Peninjauan Tarif Retribusi Tempat dan Tempat Hiburan bahwa untuk obyek retribusi pelayanan tempat rekreasi Air Terjun Sekumpul, retribusi untuk tiket masuknya sebesar Rp 20.000 untuk dewasa dan RP.10.000, untuk anak-anak (Perda No 2 Thn 2016 tentang retribusi tepat hiburan).

”Jika Bumdes menginginkan peningkatan pendapatan dari obyek ini, dimana melakukan pungutan dengan tujuan tambahan untuk fasilitas/jasa lain, maka yang disediakan oleh pihak Bumdes haruslah dibentuk Peraturan Desa (Perdes) nya yang mendasari pungutan tersebut dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan diatasnya dan diatur tata kelolanya yang lebih detail,” ujarnya menegaskan .

”Bumdes hanya sebagai pelaksana teknis dari apa yang telah tercantum di dalam Perdes tersebut dan tidak membuat produk hukum atau aturan tersendiri,” pungkas Sutrisna.

Perlu diketahui disini melalui media sosial Facebook, telah beredar bahwa Sekumpul Waterfall dikelola oleh gerombolan “Kucing Lapar”, lantas muncul pertanyaan yang ditujukan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng serta Bupati Buleleng, apakah Kadis Pariwisata dan bupati sudah mengetahui sistem penjualan tiket masuk air terjun Sekumpul, dimana gerombolan orang orang ini menjual tiket masuk seperti “panti pijat”.

Disebutkan bahwa di counter penjual ticket masuk di sodorkan tiga jenis “menu”, diantaranya Menu 1, Rp 20.000 ticket masuk hanya bisa berfoto dari seberang bukit saja karena di sebelah tempat berfoto dan ada lagi gerombolan orang yang berjaga. Untuk Turis, ticket masuk Rp 20.000 yang mereka beli hanya untuk berfoto dari seberang waterfall mereka pastinya kecewa. Menu 2, Rp 20.000 + 100.000 adalah ticket masuk PLUS pemandu dan bisa turun untuk melihat air terjun lebih dekat.

“Pertanyaan saya, apakah semua Pemandu menguasai bahasa asing yang berbeda -beda??? Kalau Mereka mengusai masuk akal tetapi kalau hanya sekedar “job seeker” sangat di sayangkan. Menu 3, saya tidak perhatikan tetapi PLUS ojek yang antar tamu dari parkir ke seberang air terjun. Saya bertanya ke orang orang yang menjaga pintu masuk (2.5 km dari seberang waterfall) apakah bisa kita beli ticket tetapi tidak parkir di depan counter ticket karena lumayan jauh dari waterfall, mereka bilang itu jalan pribadi tidak bisa lagi masuk lebih dekat,” lanjut  Sutrisna.

“Kesimpulan saya, jalan besar masih bisa masuk lagi 1 km lebih dekat dengan air terjun tetapi di larang masuk dengan mobil karena mereka jualan “menu” “PLUS PLUS” yaitu plus pemandu dan plus ojek. Sekumpul tidak satu satunya air terjun di kabupaten Buleleng, ada juga Git Git Waterfall pengunjung bayar ticket masuk 20.000 dan bisa mandi sepuasnya di sana,” imbuhnya.

Dengan membayar 120.000 untuk melihat lebih dekat dan mandi di air terjun Sekumpul dirasa tidak masuk akal karena pengunjung bisa mengunjungi objek wisata yang lebih sangat terkenal namun dengan biaya yang lebih murah, seperti Tanah Lot dan Ulundanu hanya dengan 60.000 dan 50.000. Terlebih lagi para penjaga yang sangat arogan dan tidak beretika,  tidak segan mengusir dan dengan arogan mengatakan masih banyak turis yang akan datang dan membeli paket PLUS PLUS yang ditawarkan. Pengalaman agak mirip, terjadi di Besakih, dan sekarang Besakih sudah sangat berbenah dan sudah sangat baik pengelolaannya. GS