Nairobi, (Metrobali.com) –

Jumlah korban jiwa akibat wabah kolera di Ibu Sudan Selatan, Juba, telah naik jadi 27 sementara kasus dugaan jadi lebih dari dua kali lipat dari 395 kasus pada pekan terakhir Mei jadi 892, kata badan kemanusiaan PBB.

Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Sudan Selatan mengatakan kondisi hidup di tempat pengungsi terus memburuk akibat banjir yang dipicu oleh hujan lebat, terutama di Negara Bagian Jonglei, Unity dan Upper Nile.

“Dari semua kasus kolera yang dilaporkan, 62 persen adalah pria yang berusia 20-34 tahun (41 persen). Angka kasus kematian tiga persen masih di atas ambang darurat, sehingga menunjukkan orang datang terlambat ke instalasi kesehatan,” kata OCHA di dalam laporan terkininya pada Sabtu (31/5).

Menurut lembaga kemanusiaan tersebut, kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat akan ditingkatkan guna menangani wabah tersebut. Ia menambahkan bermacam tindakan pencegahan termasuk vaksinasi dan peningkatan kesadaran diprioritaskan dan dilaksanakan di kamp serta pangkalan PBB.

Wabah kolera menyebar di Juba, tempat lima bulan konflik antara tentara yang pro-pemerintah dan pasukan anti-pemerintah telah membuat ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan mengganggu pasokan pangan serta layanan kesehatan.

Berbagai lembaga bantuan telah memperingatkan situasi di sana menyedihkan dan bisa bertambah parah sementara musim hujan tiba, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Ratusan ribu orang di Sudan Selatan hidup di kamp pengungsi yang disatukan dan kekurangan air bersih.

Mitra kemanusiaan, katanya, meningkatkan kegiatan untuk menangani kasus dugaan kolera dan mencegah penyebaran lebih lanjut penyakit itu di Kabupaten Juba.

“Lembaga kesehatan mendirikan laboratorium baru di Kota Kecil Juba pada 29 Mei untuk menjamin pemeriksaan kasus laboratorium dari kota kecil tersebut dan daerah sekitarnya. Pada masa lalu, sampel harus dikirim ke Nairobi, Kenya,” katanya.

Untuk meningkatkan akses ke perawatan yang layak, mitra kesehatan mulai mendirikan pusat tambahan perawatan penderita kolera di Juba, terutama di sebagian besar wilayah terpengaruh, dan juga mendirikan pusat penanganan dehidrasi.

Lebih dari 80 persen kasus dugaan kolera sejauh ini selah ditangani di Pusat Perawatan Kolera Rumah Sakit Pendidikan Juba (CTC), yang kini disatukan sementara kasus baru terus berdatangan.

OCHA melaporkan pengiriman 52 alat penanganan penyakit kolera tiba di Sudan Selatan pada 27 Mei dan akan dibagiakn ke semua negara bagian.

“Ini cukup untuk merawat 10.000 orang yang menderita kolera parah. Vaksin terbatas kolera dan tablet penjernih air meningkatkan pencegahan penyebaran penyakit itu, serta reaksi terhadapnya,” katanya.

Kerusuhan menyebar luas di Juba, Ibu Kota Sudan Selatan, pada 15 Desember 2013, dan dengan cepat menyebar ke beberapa negara bagian lain. Dalam waktu beberapa pekan, ribuan orang telah tewas atau cedera dalam kerusuhan tersebut, sementara ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal mereka.

Meskipun kesepakatan gencatan senjata ditandatangani pada 23 Januari, pertempuran antara pasukan pemerintah dan oposisi terus berkecamuk, terutama di Negara Bagian Jonglei, Unity dan Upper Nile, tempat kota kecil dan daerah pedesaan telah diporak-porandakan oleh kerusuhan.

(Antara/Xinhua-OANA) –