Foto: Wayan Lanang Sudira, menunjukkan kebun pisangnya di Banjar Jeleka, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Gianyar (Metrobali.com)-

Rasa “jengah” yang membuncah mendorong Wayan Lanang Sudira, seorang aktivis lingkungan dan mantan pekerja pariwisata, untuk mantap terjun menjadi petani pisang, walaupun awalnya kerap mendapatkan cibiran.

Menjadi petani pisang sejak April 2020 lalu, kini Lanang Sudira menanam belasan jenis pisang di lahan seluas 80 are di pinggir Jalan Raya Batuan, Banjar Jeleka, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Ditemui di kebunnya Sabtu sore (24/7/2021), Lanang Sudira bercerita alasannya memilih menjadi petani pisang. Ia mengaku jengah dengan kondisi Bali tidak memenuhi kebutuhan pisangnya sendiri alias tidak mampu mandiri atau swasembada pisang.

Kebutuhan pisang di Bali misalnya untuk kebutuhan upakara yadnya sebagian besar dipenuhi dan didatangkan dari luar Bali seperti dari Pulau Jawa. Pisang untuk kebutuhan pariwisata juga didatangkan dari luar Bali.

“Saya jengah, masak untuk pisang kebutuhan upakara yadnya dan juga di pariwisata kita tidak bisa penuhi dari petani Bali sendiri,” ungkapnya geram.

“Memang katanya kualitas pisang petani di Bali kalah dari luar Bali, tapi apakah memang seperti itu? Kalaupun benar, kenapa tidak kita tingkatkan kualitas dan kuantitas produksi pisang dari petani Bali,” sambungnya.

Dikatakan kebutuhan pisang masyarakat Bali cukup tinggi terlebih untuk kebutuhan upakara yadnya, belum lagi bicara kebutuhan buah pisang untuk pariwisata.  “Ibaratnya pisang di Bali seperti garam, selalu dibutuhkan. Selama masyarakat Bali masih melaksanakan upacara yadnya Hindu dresta Bali bukan sampradaya, terus kita membutuhkan pisang,” tuturnya.

 Wujudkan Bali Swasembada Pisang

Aktivitis lingkungan yang juga Ketua Satgas Forum Peduli Mangrove Bali ini pun punya cita-cita mulia dan tekad kuat menghimpun kekuatan, bersatu dengan sesama petani pisang di Bali untuk menjadikan Bali swasembada pisang, sehingga tidak perlu ketergantungan dari daerah di luar Bali.

“Mimpi besar saya Bali ini agar mandiri dan swasembada pisang,” tegas Lanang Sudira lantas mengaku ingin punya kebun pisang lebih luas lagi walalupun dirinya sadar tidak punya kemampuan ekonomi untuk membeli atau menyewa lahan pertanian.

“Kalau ada yang mau berikan lahan beberapa hektar, saya siap menggarapnya untuk ditanami pisang,” ujarnya yang mengaku dalam mengelola kebun pisang di lahan 80 are saat ini semunya dia kerjakan hanya dengan sang istri tanpa mencari buruh tani.

Lanang Sudira mengaku kepincut bertani menamam pohon pisang karena pohon pisang tergolong mudah budidayanya, merawatnya juga gampang. Ditanam sekali bisa tumbuh anakannya dan juga cepat berbuah.

“Dari tanam sampai panen cuma tujuh bulan, kalaupun panen dari yang anakannya bisa lebih cepat lagi,” tutur Lanang Sudira yang sebelumnya bekerja sebagai gardener (tukang kebun) di salah satu hotel di Kuta dan kini sudah setahun lebih dirumahkan karena dampak pandemi Covid-19.

Sempat Diremehkan Jadi Petani Pisang

Kini Lanang Sudira mengaku mantap melakoni profesi sebagai petani walaupun dirinya hanya berstatus sebagai petani penggarap dengan menggarap lahan seluas 80 are milik Puri Dalem Segara. Pria asal Banjar Tegeha, Desa Batuan, Kacamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar ini pun tutup mata dan telinga dengan cibiran warga atas keputusannya bertani.

“Sebelumnya banyak yang mencibir, meragukan apakah saya bisa bertani karena memang sebelumnya tidak pernah bertani. Tapi sekarang setelah berjalan dan saya bisa, ya warga banyak yang memberikan dukungan. Banyak juga teman-teman saya datang memberikan motivasi,” ungkapnya.

Tanaman buah pisang pun menjadi pilihannya sebagai petani. Di kebun yang terletak di Banjar Jeleka, Desa Batuan, Kacamatan Sukawati ini dirinya bersama istri menanam belasan jenis pisang sebagai tanaman utama, di samping juga ada beberapa tanaman buah papaya california dan papaya thailand, singkon, cabai hingga bunga gumitir.

“Ada belasan jenis pisang, tapi kebanyakan yang saya tanam pisang untuk kepentingan upakara Yadnya umat Hindu. Ada juga pisang cavendish untuk konsumsi,” terang pria yang mengaku belajar bertani secara otodidak ini.

Ia lantas menyebutkan satu persatu belasan jenis pisang yang ditanam diantaranya pisang raja, pisang hijau, pisang ambon, pisang lumut, pisang kepok, pisang kepok thailand, pisang cavendish california, pisang chavendis thailand, pisang ketip bali, pisang susu, pisang sabit jawa, pisang sabit bali, pisang udak sangket, pisang hijau buluh, pisang marlin, pisang mas bali, pisang mas sasih, pisang mas gading bali, pisang kayu dan lainnya. (wid)