50 Ogoh-ogoh Ramaikan Malam Pengerupukan
 
Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, Camat Petang Ida Bagus Nata Manuaba, SH.MH mengumpulkan tokoh-tokoh adat di ruang Giri Gosana kantor Camat Petang, Kamis
     
Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, Camat Petang Ida Bagus Nata Manuaba, SH.MH mengumpulkan tokoh-tokoh adat di ruang Giri Gosana kantor Camat Petang, Kamis (9/3).
    
Petang, Badung (Metrobali.com)-
Menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, Camat Petang Ida Bagus Nata Manuaba, SH.MH mengumpulkan tokoh-tokoh adat di ruang Giri Gosana kantor Camat Petang, Kamis (9/3) kemarin. Tokoh adat yang hadir tampak dari unsur pecalang, sekaa teruna, kelian desa pakraman, dan pemangku kahyangan tiga. Tampak pula perbekel, kelian dinas, dan LPM. Turut hadir Kapolsek Petang AKP I Wayan Sugita, Danramil Petang Kapten Inf. Kamto Waluyo, Kasat Lantas Polres Badung AKP Putu Raka Wiratma, SH dan Kasat Binmas Polres Badung AKP I Nyoman Astawa.
            Camat Petang menjelaskan, sudah menjadi kebiasaan pada perayaan Nyepi melibatkan semua komponen tokoh adat dan agama. “Semua masyarakat terlibat di dalamnya. Semangat Nyepi dengan catur brata agar berjalan dengan damai. Di mana perayaan Nyepi nanti akan dijaga bersama-sama demi keajegan Bali,” katanya seraya mengungkapkan kali ini Nyepi akan jatuh pada tanggal 28 Maret tahun 2017. “Kami mengumpulkan tokoh agama dan agama serta stakeholder lainnya diharapkan bisa merumuskan dan melahirkan pikiran yang baik sehingga Nyepi nanti bisa berjalan dengan aman dan damai,” tegasnya.
Menurutnya, Nyepi merupakan tahun baru Hindu berdasarkan kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi, sebagai peringatan kemenangan Suku Saka di India, dalam meredam pertikaian antar-suku di India. Secara umum, umat Hindu merayakannya dengan menerapkan Catur Bharata Penyepian, diantaranya amati gni (tidak menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Namun Nata Manuaba tidak memungkiri, aplikasi dalam memperingati perayaan Hari Raya Nyepi penuh dengan inovasi dan kreativitas.
”Diawali dengan pengerupukan, yang tidak bisa kita tampik, pada hari ini penuh dengan aktivitas-aktivitas butha kala, penuh dengan godaan duniawi,” ujarnya. Agar perayaan Nyepi tidak ternoda, pihaknya mengharpkan semua pihak dapat mengendalikan diri menjadikan momentum Nyepi untuk mulat sarira (introspeksi diri).
“Kami mohon dukungan tokoh adat untuk bisa menjaga situasi melalui perarem yang ada sehingga Nyepi benar-benar dapat terlaksana dengan baik, memberikan rasa aman, tenang dan damai,” harapnya.
Nata Manuaba mengajak masyarakat untuk instropeksi diri terkait apa yang sudah dilakukan dan rencana apa yang akan dilakukan untuk kehidupan masyarakat.
“Nyepi itu maknanya mengheningkan dan menentramkan diri kita selama satu kali duapuluh empat jam untuk instropeksi. Hal apa yang kita lakukan selama ini, rencana apa untuk masa depan, esok, dan seterusnya agar kualitas kehidupan kita menjadi lebih baik. Nyepi bukan sekadar bikin ogoh-ogoh,” ujar Nata Manuaba.
Terkait ogoh-ogoh yang identik dengan Hari Raya Nyepi, mantan Kepala UPT Disdikpora Kecamatan Abiansemal ini mengingatkan bahwa ogoh-ogoh dibuat bukan untuk gagah-gagahan terus berkelahi, bukan pula diarak keliling desa sambil menenggak minuman keras.
            Hal inilah perlu diingatkan terutama kepada anak-anak muda, karena acapkali malam pengerupukan diwarnai gesekan saat mengarak ogoh-ogoh. “Perselisihan cenderung dipicu oleh minuman keras. Kami minta malam pengerupukan jangan dijadikan kesempatan itu berfoya-foya dengan minuman beralkohol. Pecalang hendaknya terus menjaga situasi agar tetap kondusif,” ujarnya seraya menjelaskan ogoh-ogoh dibuat oleh masyarakat Hindu di Bali untuk diarak di malam pengerupukan atau tepat di satu hari menjelang Nyepi.
Ogoh-ogoh diarak keliling desa dan dibatasi di wilayah adat masing-masing lalu dibakar untuk mengusir sifat negatif yang disimbolkan di dalam sosok ogoh-ogoh tersebut.
“Mari kita konsisten memandang dan memaknai Hari raya Nyepi dengan kesadaran untuk membangun jati diri agar lebih terintegrasi dan merencanakan hari esok menjadi lebih baik. Bukan sebaliknya menjadikan momen sepi di Hari Raya Nyepi untuk bersenang-senang,” katanya.
            Diharapkan makna Nyepi ini agar dapat membawa semangat baru bagi umat Hindu sehingga kegiatan agama tidak berhenti pada tatanan ritual, tapi juga muncul semangat untuk membangun Kabupaten Badung menjadi lebih maju, sehingga mutu pelayanan dasar dan tata kelola pemerintah dapat ditingkatkan melalui optimalisasi pengelolaan potensi daerah berbasis teknologi dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat.
Sementara Kapolsek Petang AKP I Wayan Sugita menjelaskan sedikitnya 50 ogoh-ogoh bakal meramaikan malam pengerupukan serangkaian Hari Raya Nyepi tahun caka 1939 di wilayah Kecamatan Petang. “Meski ada daerah yang berpotensi terjadi gesekan, namun secara umum situasi wilayah Petang tetap kondusif berkat partisipasi dan kerjasama semua elemen masyarakat,” ujar Sugita.
            Pihaknya berharap agar ke depan sinergisitas ini tetap terjaga, terutama mengantisipasi hal yang tidak diinginkan saat perayaan Nyepi. “Peran desa adat melalui pecalang agar terus diberdayakan untuk mengamankan situasi. Sekecil apapun potensi masalah hendaknya segera dikoordinasikan dengan aparat keamanan untuk mencegah permasalahan yang lebih besar,” pintanya. RED-MB