Wabup Kembang Hartawan  mengumpulkan sejumlah budayawan, seniman jegog, praktisi pariwisata yang bertujuan mencari konsep terbaik untuk pelaksanaan Festival Jegog di bulan Oktober mendatang.

Jembrana (Metrobali.com)-

Jelang pagelaran Festival Jegog di bulan Oktober yang akan dilaksanakan di Anjungan Cerdas Jalan Nasional, Pemkab Jembrana melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menggelar Diskusi Pariwisata yang bertajuk “Menyuarakan Jembrana Melalui Jegog”. Diskusi dilaksanakan di Gedung Mendopo Kesari kamis pagi (19/9).

Diskusi yang di buka Wabup Kembang Hartawan tersebut mengumpulkan sejumlah budayawan, seniman jegog, praktisi pariwisata yang bertujuan mencari konsep terbaik untuk pelaksanaan Festival Jegog di bulan Oktober. Diharapkan dari diskusi itu bisa mengakomodir berbagai gagasan untuk memeriahkan festival tersebut. Acara tersebut dimoderatori oleh Budayawan asal Jembrana Ida Bagus Dharma Santika Putra.

Wabup Kembang pada kesempatan tersebut menyampaikan, setelah event Mekepung Gubernur Cup (bulan juli lalu), Bapak Gubernur Wayan Koster menyampaikan agar dua budaya khas Jembrana yaitu Mekepung dan Jegog harus dikemas dengan baik dalam bentuk festival dan dijadikan ikon. “Saya berharap dari diskusi kecil ini melahirkan sesuatu yang besar, beri masukan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk menyempurnakan lagi rancangan awal yang sudah dilakukan” ucapnya.

Salah satu praktisi pariwisata asal Jembrana I Putu Wiraguna pada kesempatan tersebut menyoroti pentingnya masterplan dalam acara tersebut. Menurutnya berbagai hal yang akan dikerjakan tidak mungkin bisa dikerjakan oleh pemkab saja, namun harus ada pihak lain yang ikut dilibatkan. “Namun yang terpenting adalah apa yang dilakukan setelah diskusi dan usulan ini. Action plan tentunya sangat penting untuk event tersebut” ucapnya.

Sementara itu Wayan Gama dari Komunitas Sekaa Jegog Jembrana mengusulkan agar menampilkan berbagai versi jegog yang ada di Jembrana. Mulai jegog versi Genyor yang mengutamakan tabuh klasik, versi Suprig yang di kolaborasikan dengan pencak silat, kemudian versi Jayus yang difungsikan sebagai pengiring drama gong dan versi tari kreasi oleh Pekak Jegog kemudian Jegog eksperimental yang dipadukan dengan alat music modern atau yang kekinian.

Hal senada juga disampaikan oleh I Gede Yogi Sukawiadnyana, seorang composer muda music jegog eksperimental. “Perlunya penampilan genre baru music jegog pada festival tersebut dan yang terpenting menurutnya adalah penentuan konsep acara festival apakah berbentuk formal ataukah sepeti festival anak muda sekarang” imbuh pemuda asal Ekasari Melaya yang sudah menjelajah di berbagai negara berkat kepiawaiannya bermusik.

Di penutup acara Wabup Kembang menyampaikan kegembiraannya atas diskusi yang sudah berjalan baik dan mengaku mendapat banyak hal baru yang sudah dicatatnya. Ia berharap dari hasil diskusi ini berbagai saran tersebut bisa diimplementasikan pada festival tersebut.(Humas Pemkab Jembrana)