Denpasar, (Metrobali.com)

Penghormatan kepada alam di Bali dikenal dalam prosesi hari Tumpek Wariga atau yang dikenal dengan Tumpek Bubuh. Tak terkecuali di Kota Denpasar prosesi hari Tumpek Wariga digelar dengan pelaksanaan upacara. Seperti yang dilaksanakan dibeberapa banjar di Kota Denpasar, yang dihadiri Wakil Walikota I GN Jaya Negara, Sabtu (26/1). Upacara mecaru dan melaspas dalam rangkaian mengambil makna hari Tumpek Wariga dilaksanakan Banjar Ben Biu Desa Peguyangan Kaja, Banjar Tegal Kauh Desa Adat Poh Gading, Banjar Poh Gading, Banjar Batur, Ubung hingga prosesi Puncak Karya pengukuhan penari Shang Hyang Jaran di Bajar Bun.

Kehadiran Wakil Walikota IGN Jaya Negara berbaur dengan warga masyarakat banjar setempat mengikuti prosesi upacara hingga persembahyangan bersama yang dipuput Ida Sulinggih. Prosesi di Banjar Ben Biu melaksankan pemelaspasan Bale Kulkul Banjar Setempat, serta pelaksanan piodalan di bebebrapa Banjar seperti Banjar Tegal Kauh, Banjar Poh Gading, dan Banjar Batur Ubung. Sementara puncak karya pengukuhan atau mepahayu pregina Sang Hyang Jaran Banjar Bun dilaksanakan warga banjar setempat.

Diketahui bersama bahwa Tari Sang Hyang Jaran Banjar Bun merupakan salah satu tarian sakral yang berada di Kota Denpasar yang dipentaskan pada hari hari tertentu di banjar setempat. Menurut Mangku Wayan Sugiana bahwa catatan sejarah yang membuat pertama kali Sang Hyang Jaran adalah Jero Mangku Selonog. Selanjutnya Mangku Selonog memberikan kepada anaknya yang bernama Made Ampug selaku pemangku pertama dari Sang Hyang Jaran. “Karena preginanya (penari) yang menarikan dulu sudah berusia uzur, maka yang akan menarikan Sang Hyang Jaran adalah anak-anak Banjar Bun,” ujarnya.

Proses pengukuhan penari telah dimulai 4 Oktober 2019 dan telah ditarikan pada 15 Januari 2020. Bertepatan dengan peringatan hari Tumpek Wariga ini sebagai puncak karya pengukuhan penari Sang Hayng Jaran dipuput oleh Ida Sulinggih serta dilanjutkan dengan pementasan tarian di areal Banjar Bun. “Tari Sang Hyang Jaran Banjar Bun sangat sakral serta pementasan tari tersebut hanya pada acara keagamaan tertentu saja. Dan sarana yang digunakan adalah bara api batok kelapa dibakar dalam pementasan tari ini,” ujarnya. (humasdps)