Foto: Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar dari PSI Emiliana Sri Wahjuni (kiri) di sela-sela memberdayakan ibu-ibu dengan pelatihan bercocok tanam.

Denpasar (Metrobali.com)-

Pandemi virus Corona atau Covid-19 belum berakhir walau memang tatanan kehidupan baru atau New Normal akan dimulai bertahap di Provinsi Bali pada 9 Juli 2020.

Ketahanan pangan dan roda perekonomian pun menjadi salah satu isu penting dan krusial di masa pandemi dan New Normal ini.

Masyarakat juga tetap dituntut kreatif dan produktif menyikapi kondisi pandemi dan New Normal ini serta tidak bisa pula seterusnya menggantungkan harapan pada bantuan pemerintah atau pihak-pihak lain yang sifatnya hanya jangka pendek.

“Warga harus kita ajak berpikir jangka panjang, tetap kreatif dan produktif. Pola bantuan juga harusnya ibaratnya tidak terus memberikan ‘ikan’ tapi bagaimana memberikan ‘kail’ agar masyarakat dapat berdaya dan bisa mandiri di tengah pandemi,” kata Anggota Komisi IV DPRD Kota Denpasar Emiliana Sri Wahjuni, Selasa (7/7/2020).

Srikandi DPRD Kota Denpasar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengatakan bantuan pemerintah dan berbagai pihak seperti dalam bentuk BLT (Bantuan Langsung Tunai) maupun sembako memang sangat diperlukan warga namun itu sifatnya jangka pendek. Pemerintah pun punya keterbatasan anggaran dan tentu tidak bisa terus memberikan bantuan.

Jadi, kata Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini dalam kondisi ketidakpastian kapan pandemi Covid-19 ini berakhir maka sangat tepat kebijakan New Normal agar roda perekonomian dapat berjalan.

Namun dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, bukan berarti semuanya bisa bebas beraktivitas seperti sebelum pandemi Covid-19.

New Normal ini juga harus diimbangi dengan pola-pola pemberdayaan kepada masyarakat terdampak. Khususnya juga bagaimana menciptakan ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi dalam keluarga.

Dalam konteks ini, Emiliana Sri Wahjuni terus memotivasi dan menginspirasi para ibu-ibu dengan gencar mengkampanyekan agar ibu-ibu bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan pekarangan di rumah sebagai upaya menjaga ketahanan pangan keluarga.

“Prinsipnya tidak beri ‘ikan’ tapi ‘kail’ bukan jangka pendek tapi jangka panjang. Saya ajak ibu-ibu produktif tapi juga tetap utamakan protokol kesehatan. Sebab Covid-19 bukan untuk ditakuti tapi dilawan,” ujarnya.

Karena itulah, Emiliana Sri Wahjuni rutin melakukan program pemberdayaan misalnya dengan mengajak sejumlah ibu-ibu belajar, dan praktik langsung bagaimana bercocok tanam dengan memanfaatkan alat-alat sederhana dan mudah didapat di rumah.

Seperti yang tampak dalam pelatihan bercocok yang tanam digelar di Jungle Play Bali, Jimbaran, Sabtu (4/7/2020). Para ibu-ibu ini dilatih langsung oleh owner Jungle Play Bali Dona Kusuma yang telah sukses mempraktikkan bercocok tanam di pekarangan/lahan sempit baik dengan pola konvensional maupun dengan instalasi hidroponik sederhana.

Para ibu-ibu ini juga sangat antusias belajar bercocok tanam karena kegiatan ini dianggap memang bermanfaat serta jika digeluti dengan serius akan sangat membantu ketahanan pangan dan perekonomian keluarga.

Sebab jika mampu menanam sendiri sayuran seperti bayam, terong, kangkung, sawi hingga bumbu dapur seperti cabai, maka hal ini bisa membantu mengurangi beban pengeluaran kebutuhan dapur. Ini juga mengurangi aktivitas belanja sayuran/kebutuhan dapur ke pasar sehingga mengurangi potensi terpapar Covid-19.

Selain itu, dengan menanam sayuran/bahan pangan sendiri, tentunya hasilnya lebih sehat, segar dan bisa langsung dipetik lalu dimasak. “Ibu-ibu juga nanti bisa mengedukasi anak-anaknya untuk belajar  cinta bercocok tanam. Jadi keluarga jadi lebih kreatif,” kata Emiliana Sri Wahjuni.

Anggota DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Selatan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini mengajak para ibu-ibu ini mampu menularkan semangat bercocok tanam dengan memanfaatkan lahan pekarangan di rumah kepada ibu-ibu lainnya sehingga bisa juga mendapatkan bahan pangan sehat sekaligus menguatkan perekonomian keluarga.

“Kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir dan kita harus bertahan dengan pangan sehat.  Jadi keluarga kuat secara pangan, kuat juga secara ekonomi,” tandas ibu dari dua orang putri ini.(wid)